Ekonomi

Swasembada Beras Hanya Mimpi Jokowi

Presiden joko Widodo/Foto via Hari Bagindo Pasariboe Kompasiana
Presiden joko Widodo/Foto via Hari Bagindo Pasariboe Kompasiana

NUSANTARANEWS.COSwasembada Beras Hanya Mimpi Jokowi. Presiden Joko Widodo pada kampanye pemilihan presiden 2014 lalu menjanjikan Indonesia di bawah kepemimpinannya akan berswasembada beras. Bahkan pada 2014 silam, Jokowi sempat berucap jika Indonesia masih impor dalam jangka waktu tiga tahun, maka dirinya mengaku tak segan-segan mengganti menteri yang mengurusi perihal itu. Belakangan, setelah dua tahun menjadi presiden tak sedikit kalangan menyangsikan janji Jokowi tersebut.

Salah satunya Sekjen Agribisnis Club Indonesia Toni Kristianto Juwono. Dia mengatakan, swasembada beras tidak akan tercapai. “Kecuali dengan berkorban yang luar biasa,” ujarnya kepada nusantaranews.co di Jakarta, Senin (6/6/2016).

Menurut Tony, untuk mencetak sawah baru atau ladang harus dengan sekala besar. Satu orang, kata dia, minimal harus memiliki lahan 30 hektar dengan perincian, buah-buahan yang membutuhkan waktu berbuah lebih dari satu tahun minimal memiliki 10 hektar.

Kemudian, untuk tumbuhan yang berbuah satu tahun minimal memiliki 5 hektar lahan, 2 hektar untuk tanaman musiman. “Kalau tidak mbok sampai kapan tidak bisa bersaing,” sambungnya.

Baca Juga:  Bangun Tol Kediri-Tulungagung, Inilah Cara Pemerintah Sokong Ekonomi Jawa Timur

Terkait penyusutan lahan, Tony menyarankan agar pemerintah melakukan rasionalisasi, kemudian besaran lahan harus sama dengan era Orde Baru di bawah kepemimpianan Presiden Soeharto. jumlah penduduk yang terus meningkat per tahun membuat pertambahan luas lahan penting untuk dilakukan agar swasembada beras dapat terwujud sehingga dapat mendorong terwujudnya swasembada pangan lainnya.

Menurut hasil penelitian Litbang Pertanian Bogor, pertambahan lahan dan swasembada beras dan pangan sulit dicapai karena berbagai faktor di antaranya rendahnya kepemilikan lahan per kapita, konversi lahan pertanian produktif terutama lahan sawah memjadi non-pertanian dan terbatasnya cadangan lahan di tanah mineral (sempit dan terpencar). (Amd/Ed)

Related Posts

1 of 3,050