Budaya / SeniPuisi

Solitude, Interrogation, The War is On

Puisi Nur Ahmad Fauzi FM

Solitude

Manusia tak ‘kan pernah bisa menang dari rasa kesepian
̶ Gaara

kini aku hanya bersandar di dingin dinding
meresapi hening yang tak bening,
selepas sebait lagu berlalu
melepas masa lalu yang layu

ah, ruang ini masih saja tak kunjung terang
dan aku membeku, bagai mayat di dasar sumur
menerawang kata-kata pembebasan;
deklarasi kemerdekaan yang dahaga

(dulu memang pernah kutampik rusuhnya riuh
sewaktu hatiku lepuh disulut huru-hara api pemberontakan
dan kini telah kudapatkan kebebasan itu: sepi ini!
namun sepi bagai menampik ronta kemerdekaan kini)

ah, aku hanya bersandar di dingin dinding
meratapi detak jam dinding yang merayapi senyap
rencana esok hari masih berupa sesobek catatan lusuh
pada renjana yang sunyi, aku mengalah dan mengaduh

Banjarmasin, 17-18 April 2017

Interrogation

Aku hanya ingin hidup seperti awan, bebas dan tenang, sayangnya semua tidak semudah itu
̶ Shikamaru Nara

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

memandang langit: mungkinkah kelak kulayarkan beban hidup, sedang di bawah
matahari, kebebasan semakin redup? mungkinkah kelak sayap tumbuh mengepak,
sedang kaki makin lemah berpijak? mungkinkah angan-angan lepas mengudara,
sedang tangan lemas terdera cuaca?

memandang langit: mungkinkah hidup mengalir bagai mega-mega, sedang beban
di pundak masih serupa batu yang kulempar ke puncak udara: melesat tinggi, lalu
terjatuh lagi ke lubang luka. memandang langit, batu sukmaku terasa makin kupak
berserak. memandang langit, mega-mega terasa makin jauh di tegak lurus jarak ….

Banjarmasin, 18 April 2017

The War is On

Kalau tanganku patah, akan kutendang dengan kakiku ini. Kalau kakiku patah, akan kugigit dengan gigiku ini. Kalau gigiku dihancurkan juga, akan kulihat dengan tatapan penuh kebencian. Dan kalau mataku dihancurkan juga, akan kugunakan kutukan untuk melawannya.
̶̶ Uzumaki Naruto

telah tiba saatnya: bertempur!
merebut kembali tanah warisan leluhur.
kupacu kuda, dan mata pedang kuliarkan
di bentang padang cakrawala. berjaga,
was-was: awas saja jika musuh muncul
dari arah belakang. ah! ini pertempuran
di pusat spiral api-api. kuasah rusukku
menjadi tombak, kusumpah sajakku
menjadi kutukan. kelak di atas kubur-kubur
berdarah, ‘kan berkibar bendera taufan!

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Banjarmasin, 19 April 2017

 

*Nur Ahmad Fauzi FM (nama pena dari Ahmad Fauzi), lahir di Banjarmasin, 28 Juni 1999. Alumni SMA Negeri 1 Banjarmasin. Karya puisinya baru pernah dimuat di sisipan Kakilangit majalah sastra Horison, Buletin Jejak, Poetry Prairie, Riaurealita, Nusantaranews, @Sayap Kata–COMPETER, antologi Lorong Lengang Jalan Pulang (Komunitas Negeri Kertas, Penerbit CV Raditeens), antologi Sajak Hujan Anak Negeri (Penerbit Aksara Aurora Media). Dapat disapa melalui akun facebook: Nur Ahmadfauzifm, atau instagram: ahmadfauzi_mwam_falilv.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 132