Ekonomi

Soal Listrik, Indonesia Kalah Dibanding Malaysia

NUSANTARANEWS.CO – Soal listrik Indonesia dinilai masih kalah dibanding Malaysia. Pemerintah Indonesia dinilai masih ragu dalam membangun pembangkit listrik guna memenuhi kebutuhan nasional dalam negeri. Akibatnya, kebutuhan listrik guna memenuhi hajat hidup masyarakat Indonesia tidak dapat terpenuhi.

Menurut Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran, jika dibandingkan dengan Malaysia, ketersediaan listrik di Indonesia masih kalah jauh. Saat ini, kata dia Indonesia hanya memiliki ketersediaan listrik sebanyak 50 Giga Watt guna memenuhi kebutuhan listrik masyarakat yang jumlahnya sebanyak 250 juta. Artinya, per orang hanya kebagian 250 watt.

“Sementara Malaysia itu masing-masing orang mendapatkan jatah ketersediaan listrik sekitar 900-1000 watt per orang,” ungkapnya dalam diskusi publik bertema ‘Mengapa 35.000 MW Lambat?’, di Gado-Gado Boplo, Jakarta Pusat, Sabtu (14/5/2016).

Baca juga: Dewan Energi Nasional Prediksi Gagalnya Target Proyek Listrik 35.000 MW di 2019

Akibatnya, tambah dia, dengan ketersediaan listrik yang sangat terbatas di Indonesia, negara ini tidak dapat bekembang pesat khususnya di bidang industri. Karena untuk menbangun sebuah industri tentunya harus ada ketersediaan pasokan listrik yang cukup.

Baca Juga:  Sokong Kebutuhan Masyarakat, Pemkab Pamekasan Salurkan 8 Ton Beras Murah

“Jadi gimana industri kita mau maju, kalau listriknya saja tidak ada. Padahal seharusnya ketersediaan listrik dulu diadakan, baru industrinya mengikuti. Bukan malah diundang dulu investornya, namun ternyata ketersediaan listriknya tidak ada,” cetusnya.

Untuk itu dia mengusulkan, jika Indonesia ingin menjadi sebuah negara yang maju harus memiliki ketersediaan listrik yang cukup banyak. Sehingga bisa menarik minat investor untuk menanamkan investasinya di tanah air. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal tambah dia, tentunya membutuhkan kerjasama antara stakholder terkait.

“Pak Presiden kan (Jokowi) sudah mendeklarasikan 35.000 MW dan diharapkan ada perkembangan 70 giga watt per tahunnya. Seharusnya ketika pak Jokowi mendeklarasikan itu, semuanya harus mengikuti dan sejalan,” katanya.

Tidak hanya itu, Tumiran juga mengusulkkan dalam membuat sebuah pembangkit listrik, seharusnya Indonesia tidak perlu memngimpor atau mengundang investor asing untuk membuatkannya di Indonesia, karena itu sama saja menutup peluang kerja para tekhniker di Indonesia.

“Sebenarnya orang teknik di Indonesia ini banyak yang pintar. Hanya saja sayangnya tidak diberikan kesempatan oleh pemerintah. Padahal sejatinya pemerintah memberikan kita kesempatan terlebih dahulu,” tandasnya. (Restu F)

Related Posts

1 of 5