Peristiwa

Soal Aksi HTI, Ini Reaksi Banser Lampung

Aksi HTI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/Foto Istimewa/Nusantaranews
Aksi HTI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/Foto Istimewa/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Kotabumi – Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serbaguna (Satkorwil Banser) Lampung menanggapi santai maraknya bendera-bendera simbol khilafah yang dikirabkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di sejumlah wilayah di Indonesia.

“Bagi kami, menjadi Islam ya berbuat. Bukan sibuk pamer simbol,” ujar Kasatkorwil Banser Lampung, Tatang Sumantri, di Kotabumi, Lampung Utara, Senin (3/4/2017).

Menurutnya mengakui Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah, sudah dilakukan keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) sejak dulu.

“Benar Islam mengajarkan simbol, tetapi Islam juga mengajarkan bahwa tujuan luhur dalam beragama adalah substansi, bukan simbol,” papar Tatang.

Aksi HTI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/Foto Istimewa/Nusantaranews
Aksi HTI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/Foto Istimewa/Nusantaranews

Bagi Tatang, dalam surat al-Baqarah ayat 177 dengan tegas menyatakan, Islam mengajarkan bahwa beragama bukanlah menghadapkan jasad ke timur dan barat, tetapi beragama adalah beriman kepada Allah, malaikat, kitab suci, para nabi, mengeluarkan harta kepada keluarga, anak yatim, dan seterusnya.

“Bayi lapar menangis butuh susu supaya kenyang dan diam. Jika belajar Islam terjebak simbol seperti itu. Tapi apa iya? Padahal dekapan dan kasih sayang ibu tidak bisa dikesampingkan,” sambungnya.

Baca Juga:  Rawan Timbulkan Bencana di Jawa Timur, Inilah Yang Dilakukan Jika Musim La Nina

Perihal penawaran konsep khilafah, kata dia menegaskan, Satkorwil Banser Lampung menolak dengan tegas sehubungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejalan dengan Islam rahmatan lil alamin. Dirinya meminta fakta mengenai negara khilafah yang mereka imajinasikan hari ini.

“Adakah? Negara Islam Irak dan Suriah alias NIIS atau ISIS terbukti tidak beradab dengan melakukan pembantaian demi pembantaian,” paparnya. (Erli Badra)

Editor: M. Romandhon

Related Posts

1 of 12