Kesehatan

Simpang Siur Penggunaan Antibiotik

NUSANTARANEWS.CO – Simpang Siur Penggunaan Antibiotik. Antibiotik senjadi hal yang familiar dalam kehidupan kita. Kebanyakan orang mengenal antibiotik dalam bentuk obat.

Pada dasarnya antibiotik adalah zat yang memiliki kemampuan untuk menghambat kehidupan microorganisme. Dalam beberapa kasus, antibiotik menjadi sangat dibutuhkan.

Akan tetapi belakangan penggunaan anti biotik dalam prosedur medis mengalami perkembangan dengan berbagai isu. Ada studi yang mengklaim tentang penggunaan antibiotik harus dilakukan hingga tuntas, ini menepis kebiasaan lama para dokter yang menyarankan penghentian obat antibiotik pada pasiennya ketika pasien merasa keadaan mereka memburuk.

Alasan yang diungkapkan adalah mengkonsumsi terlalu sedikit antibiotik dapat menimbulkan kemungkinan resiko bakteri penyebab penyakit tersebut bermutasi dan menjadi resisten terhadap obat tersebut. Akan tetapi alan tersebut kemudian ditepis oleh Martin Llewelyn seorang ahli penyakit menular dari sekolah kedokteran Brington dan Suzzex justru menyebutkan bahwa hal tersebut tidaklah berdasar pada penelitian yang valid.

Dilansir dari The Guardian Llewelyn dan timnya, mereka mengklaim bahwa mengkonsumsi obat yang nelebihi batas diperlukannya tubuh dari pbat tersebut justru meningkatkan resiko resistensi. Memang ada beberapa penyakit seperti bakteri penyebab tuberkulosis, yang membutuhkan meminum antibiotik secara berkala. Akan tetapi bakteri ringan seperti penyebab diare dan beberapa penyakit lainnya tidak membutuhkan terlalu lama megkonsumsi anti biotik.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Dirikan Rumah Sakit Ibu dan Anak: Di Pamekasan Sehatnya Harus Berkualitas

Hasil penelitian tersebut juga mendapat dukungan dari pakar lain presiden British Society for Immunology, Peter Openshaw, mengatakan bahwa pendapat yang  mengatakan penghentian antibiotik dalam waktu dini dapat memunculkan organisme yang resisten terhadap obat adalah tidak masuk akal. Tinjauan tersebut dinilai otoritatif, orang dapat menghentikan antibiotik jika sakit yang dideritanya membaik, selain itu penghentian ini dapat menghemat penggunaan antibiotik.

Alison Holmes dari Imperial College London, melalui pendapatnya justru mengajak kita kembali pada sebuah artikel yang terbit pada tahun 1999 berjudul “Jangan Terus Minum Tablet (Antibiotik)”  yang ditulis oleh Prof Harlod Lambert. Intinya dogma tentang penggunaan antibiotik dalam kurun waktu yang lama semakin meluas, akan tetapi tidak ada kejelasan batasan waktu dan dosis penggunaan antibiotik. Lebih disarankan mengkonsumsi antibiotik berdasarkan kebutuhan dan resiko dari masing-masing penyakit dan gejala yang diderita pasien.

Penulis: Riskiana
Editor: Sulaiman

Related Posts