Puisi

Sebelum Kutulis Puisi Tentang Perempuan Tua Pada Jam 00 – Puisi Sabaruddin Firdaus

Pada Jam 00

Sebelum pergi
Ia bergumam lirih padaku,
“Segera temukan dirimu.
Dan jangan tanya siapa waktu sebenarnya?”

Ke masa lalu ia berpulang
Tapi kita menyebutnya kenangan.

Malam ini udara lembap
Hujan turun mewarnai pesta.
Angin membaca nama-nama
Yang timbul dan tenggelam di sepanjang jalan
Gencatan kembang api di angkasa
Membocorkan rahasia langit
Mengharap bintang keberuntungan jatuh ke garis nasib.

“Selamat tahun baru!” serunya.

“Untuk apa?” sesekali kau bertanya.

Dalam hitungan detik, ia segera hilang
Tapi, ia meninggalkan pesan pendek padaku:

“Tulislah aku.”

Pedak Baru, Januari, 2016

Sebelum Kutulis Puisi

Sebelum kutulis puisi
Aku mendatangi keramaian pasar
Setelah itu aku pergi ke tempat yang paling sunyi
Hujan turun pada daun-daun pikiranku
Malam memberkatiku dengan kemegahannya
Aku melihatmu di sana, ringan bagai hantu
Terbang dari ranting ke ranting pikiranku.

Kau berada diantara
Dulu dan kini
Bagai dongeng

Sebelum kutulis puisi
Kutaklukkan seluruh bentuk wujudmu
Dunia
Melebur halus dalam kata-kataku.

Aku memasukimu
Hanya rupa-rupa kosong

Sebelum kutulis puisi
Kupastikan aku menuliskanmu

Gowok, 19 November 2014

Tentang Perempuan Tua

Di atas rel kereta
Ia langkahkan kakinya yang bengkok
Menembus pagi.
Di pundaknya karung penuh tumpukan cemas
Dan ia menggendongnya dan dengan terhuyung-huyung

Tak ada wajah penyesalan yang dinyanyikan
Tapi ia kehilangan alamat rumahnya
Dan anak-anaknya.
Kemudian ia berhenti di warung makanan
Menghibur diri
Betapa ia bersandar diri pada pada harapan.

Pinggir Rel, 2013

*Sabaruddin Firdaus, pengkhusyuk sastra, pengelola kopi, tinggal di Yogyakarta.

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, dan esai dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124