Khazanah

Republik Cina di Kalbar, Kisah ‘Negara dalam Negara’

NUSANTARANEWS.CO – Tak banyak orang tahu, pulau Kalimantan ternyata pernah berdiri Republik Cina yang diberi nama Republik Langfang. Dalam catatan sejarahnya, Republik Langfang merupakan sebuah perkumpulan kongsi Hakka China di Kalimantan Barat.

Tahun 1777, seorang pendatang dari Cina Daratan (Hakka) bernama Lo Fang Pak mendirikan sebuah negara republik pertama bernama Lan Fang di Kalbar. Ini menyusul tahun 1764 terjadi gelombang besar-besaran imigran dari Cina Daratan  untuk menambang emas dan mencari kehidupan di sana.

Para pekerja tambang emas ini memiliki banyak perhimpunan. Perhimpunan inilah kemudian berkembang menjadi sebuah ikatan besar yang disebut Kong-Si. Dan membentuk negara dalam negara di dalam kekuasaan Kasultanan Sambas dan Mempawah.

Karena jumlah populasi mereka terus mengalami peningkatan tajam dan ikatan Kong-Si satu sama lain semakin menguat, maka Republik Langfang tak mampu dibendung oleh para penguasa pribumi kala itu.

Para sejarawan menyebut bahwa terbentuknya Republik Cina di Kalbar tak lain adalah usaha untuk mengorganisir para imigran tambang yang jumlahnya kala itu telah mencapai ratusan ribu jiwa lebih. Karenanya, demi mengorganisir  para Cina Daratan inilah, mereka sepakat membentuk negara Lan Fang.

Kao Chung Xi dalam bukunya tentang orang Hakka, berjudul Jews of the Orient menjelaskan bahwa Lan Fang yang berawal dari sebuah kongsi tambang orang Tionghoa dari etnis Hakka tumbuh menjadi semacam negara di dalam negara.

Untuk menghindari konfrontasi dengan penguasa setempat, Republik Lan Fang yang berdiri tahun 1777 itu tetap membayar upeti sebagai simbol ‘tunduk’ kepada Kesultanan Sambas dan Mempawah. Sekalipun demikian, Republik Lanfang tetap memiliki sistem pemerintahan sendiri. Mulai dari undang-undang, sistem perekonomian, pendidikan dan perdagangan.

Dalam menjalankan pemerintahannya, Republik Lanfang menganut sistem demokrasi. Sementara kawasan Sintang kala dijadikan sebagai pusat administrasi atau ‘ibukota’ negara republik Langfang. Namun, setelah berjalan hingga beberapa generasi, Republik Lanfang akhirnya berhasil dibubarkan Belanda tahun 1884. Saat itulah, sebagian keturunan Hakka China yang pernah tinggal dan menjadi warga negara Republik Langfang banyak yang hijrah ke Singapura.

Termasuk leluhur dari mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew yang berasal dari Republik Langfang.  Dalam memoarnya, Lee Kuan Yew mengaku jika dirinya merupakan keturunan dari seorang Hakka Pontianak.

“Chua Kim Teng (kakek Lee Kuan Yew) lahir di Singapura pada tahun 1865. Setelah istri pertama dan kedua meninggal, dia menikah dengan Neo Ah Soon. Nenek saya, seorang Hakka dari Pontianak yang saat itu dikuasai Belanda. Dia berbicara dengan dialek Hakka dan bahasa Indonesia melayu,” ujar Bapak Pembangunan Singapura itu dalam bukunya berjudul From Lee Kuan Yew, The Singapore Story: Memoirs of Lee Kuan Yew.

Editor: Romandhon

Related Posts