Inspirasi

PMII Wisma Tradisi Adakan Launching Taman Baca Perlawanan

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Adagium Yogyakarta sebagai poros gerakan belum menemukan momentumnya lagi. Yogyakarta yang dulunya sebagai pusat gerakan mahasiswa “kawah candradimuka” mahasiswa melakukan kerja-kerja gerakan, dengan tradisi pemikiran yang kuat. Advokasi ketimpangan sosial, solid dan massifnya gerakan.

Sekarang hanya menjadi situs peradaban intelektual dan hanya menjadi seonggok artefak yang sudah mulai usang. Budaya hedonisme yang bertemu dengan kapitalisme pasar merebut kesadaran kritisisme mahasiswa saat ini. Kesadaran sosial yang menjadi roh dari peran mahasiswa sebagai Agent of Change dan Agen Sosial Control kini teralienasi oleh materialisme dan individualisme.

Budaya nongkrong di cafe tanpa melakukan kegiatan yang produktif menjadi contoh kecil dari sekian problem yang mendistorsi Kota Yogyakarta sebagai aktor intelektual setiap perubahan yang ada di Indonesia. Belum lagi kemampuan mahasiswa yang hanya bisa bicara tanpa berdasarkan pada literatur yang tepat, memperkeruh keadaan yang ada menjadi kian buruk.

Berangkat dari refleksi itulah maka kemudian Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Wisma Tradisi yang berada di bawah naungan Komisariat UIN Sunan Kalijaga  menginisiasi gerakan Taman Baca. Taman baca ini berada di sebelah selatan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atau yang biasa disebut dengan Serambi Perlawanan.

Rayon Wisma Tradisi memberi nama taman baca tersebut dengan nama “Taman Baca Perlawanan”. Gerakan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian untuk mengembalikan roh Jogja sebagai pusat intelektual. Taman Baca Perlawanan ini diperuntukan oleh seluruh elemen gerakan mahasiswa yang ada di Yogyakarta, agar dapat menghidupkan kembali budaya literasi yang telah lama hilang.

Kegiatan launching ini di laksanakan pada hari Ahad (26/2/2017). Kegiatan yang dihadiri oleh 50 peserta terdiri dari beberapa kader PMII Rayon Wisma Tradisi dari beberapa angkatan, perwakilan pengurus komisariat UIN Sunan Kalijaga, Komisariat IAIN Kediri dan beberapa kelompok-kelompok diskusi di Yogyakarta.

Taman baca ini diresmikan oleh salah satu senior PMII yang sangat produktif dalam menulis. Dia adalah sahabat Nur Sayyid Santoso Kristeva. Dalam launching tersebut beliau sangat apresiatif adanya taman baca ini. Dalam penyampaiannya beliau menjelaskan tentang 3 jenis pengetahuan yakni pengetahuan instrumental, pengetahuan hermeneutic dan pengetahuan kritis.

Ia menjelaskan kampus sebagai salah satu entitas pendidikan hanya berhenti di wilayah pengetahuan instrumental atau paling jauh pada wilayah pengetahuan hermeneutik. Kampus hanya menjadi gudang mitos yang berisi teori-teori usang. Untuk itulah maka dengan adanya taman baca ini dapat menjadi pusat pengetahuan kritis yang bisa menjembatani antara realitas dan idealitas yang memiliki jarak yang cukup jauh.

Sahabat Santoso berpesan kedepannya agar Taman baca ini dapat tetap terus eksis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat dikembangkan dan diinovasikan sesuai kebutuhan yang ada. Misalnya dengan kegiatan bedah buku cultural, membaca buku berjamaah, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga progresivitas mahasiswa dapat terus dijaga dan ditingkatkan.

Taman Baca Perlawanan diharapkan mampu menginspirasi kampus-kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta, ataupun di daerah lain, untuk tetap belajar, berdiskusi. Karena ‘melawan’ itu di mulai dengan cara berfikir.

*Muhammad Nahdi, Ketua Rayon PMII Wisma Tradisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Related Posts

1 of 422