Puisi

Pesan Dari Kitab Daun-Daun

Puisi Selendang Sulaiman

Napak Tilas Para Kawindra

gunungan sampah di kepalaku # terbakar api di rambut Umbu
kobarnya melalap lubuk empedu # sukmaku hilang terberai seribu

sungguh kupikul serinjing buku # siang dan malam sambil berlagu
nadanya sumbang liriknya sendu #  semaraklah pilu jiwa mudaku

buku kubaca tak khatam-khatam # di jalan lapang tanah mataram
sebab di hati abu menghitam # dan nalar kuasah tak tajam-tajam

sombongnya diri berlenggak-lenggok # berdendang lantang nyanyian nasib
hati terpaut pun batin tertohok # nyanyian cinta Emha Ainun Najib

berpeluk lutut hampir menangis # di alun-alun usai gerimis
orang-orang main massangin # diriku lemas tertubruk ingin

setapak kaki demi setapak # merayap ringkih di malioboro
tak ada nangka tak ada salak # untuk kumakan bersama coro

hadirlah sepi bertubi-tubi # serbu jantung dan serang nadi
rinduku pagut tak bisa lari # mengejar bayang-bayang belati

didih darahku bekulah sudah  # tersekap erat udara hampa
hadirlah engkau pembawa berkah # si burung merak penuh gairah

kurangkul-rangkul, kudekap-dekap # cakap remang di pasar kembang
gairah dan cemas bertukar harap # melempar pandang sembunyi ranjang

burung-burung pagi memecah sunyi # gemanya nyaring menggedor nurani
itulah sajak anggitan Sapardi # berdengun panjang menyongsong hari

terumbu karang merah pualam # ikan dan udang pada bersarang
rasa ragu dan takut terdalam # lenyap hilang dalam gelombang

bunga di sebrang terlampau layu # padamlah harum penciumanku
kucing tak mau yang manis-manis # aku pun suka yang amis-amis

wajah mendongak menyorong takdir # di siang bolong kaki terkilir
langit bertabir gulita awan # buminya naung seremang ingatan

kini jiwaku terbanglah hilang # tercabik-cabik cakaran elang
kemana diri berlindung aman # bila segala hancur berantakan

kupasung renung di bukit kapur # supaya bingung lekas-lekas lipur
kupahat senyum di cakrawala # biar luka Tardji menjelma haha!

bibirku retak menghafal kecup # di bibir kasih bebunga kuncup
kekasih pergi menjelang maghrib # hidup terkubur berkalang aib

aku bertanya pada firasat # prasangka tajam mengerat siasat
lorong menikung mengungkung langkah # hampir ku kacau terhilang arah

teranglah peta kampung halaman # yang kubaca sepanjang jalan
kuperas santan parutan kelapa # durmanya Iman Budi Santosa

mataku nyalang ke pulau Madura # lewat napak tilas penyair Jogja
seluas pantai samudera hindia # memeluk gunug sepulau Jawa

2010-2016

Simak:
Sumpah Puisi dan Nadham Asmaraloka
Penembang Jagad Jawa
Puisi Napak Tilas Alejandra Pizarnik (3-4)
Kesaksian Rendra: Rakyat Adalah Sumber Ilmu

Sambangi Ibu lewat Semadi

janganlah takut pada badai # biarkan rambutmu yang tergerai
kini ku datang bagai kesatria # padamu ibu di jantung Madura

di lubuk jogja kupilin kata # menenun sukma mamasak jiwa
namun gagal mencipta sajak # hanya mendadaninya dengan bedak

sajak-sajakku bersolek diri # merias buku para pujangga
menghias panggung politisi # menebar polusi di jalan raya

dalam semedi kupandang wajah # kurus terkulai di atas ranjang
wajah petani terbayang sawah # terbuai panen penuh keranjang

betapa dingin malam berembun # hanya padamu kugapai peluk
lalu kau kecup di ubun-ubun # aku pun tuntas maknai suluk

ayam di kandang bertembang pilu # gugurkan mimpi lelap tidurmu
sampai waktu kau gelar sajadah # menjelang fajar pergi ke sawah

terdengar kacau suara kucing # berebut makan segumpal daging
aku tersentak dari semedi  # jauh tengkurep ke dalam diri

2015-2016

Pesan Dari Kitab Daun-Daun

Aku menemukan engkau, wahai diriku
Menyuntuki jalan terjal penderitaan
Di tanah hangus – tempat buku-buku ajar,
Falsaha hidup, dan rubaiat keheningan

Terbakar kobaran api masa silam
“Kita tidak hidup di sana!” ucapmu sambil menunjuk
Remah api berkeriap di kedua bola mataku
Saat matamu yang satu memburu tunggal sukmaku

Tidak sukmaku – tidak juga tulang dan dagingku
Dapat kau rebut dari padaku, wahai diri
Aku hafal tabiat dan muslihat perangkapmu!

Dan tidakkah kau juga sepakat dengan setangkup
Bahasa pembebasan di dalam kitab daun-daun itu:
“Walau jalan hidupku terjal, jalan pikiranmu
Harus tetap datar”

Yogyakarta, Januari 2016

Selendang Sulaiman, puisi-puisinya tersiar diberbagai media massa.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124