OpiniTerbaru

Perlu Dialog Lintas Generasi Demi Memperkokoh Jati Diri Bangsa

NUSANTARANEWS.CO – Ada dua tujuan yang ingin diwujudkan dengan penyelenggaraan dialog interaktif ini. Pertama untuk memantapkan pola pembangunan perekonomian bangsa yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa, yang kedua adalah untuk dapat melestarikan gagasan tersebut pada generasi-generasi yang akan datang, demikian ungkap Suprapto, sekjen LGBP di Gedung Granadi Jakarta, usai penyelenggaraan kegiatan “Dialog Interaktif Lintas Generasi”.

Menurut Suprapto, manusia dalam menjalani hidupnya mengalami proses perkembangan mulai dari kelahiran, pertumbuhan, kedewasaan hingga akhirnya mengalami kepunahan, berakhirnya eksistensi manusia secara fisiologik. Tapi perilaku manusia yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungannya, berupa kebiasaan, budaya dan peradaban yang merupakan waris budaya manusia (human heritage) masih tetap eksis dan dilestarikan oleh penerusnya. Penerus kebiasaan hidup tersebut membentuk entitas-entitas dalam bentuk keluarga, suku, tribe, ras dan bangsa dengan mempertahankan eksistensi dengan menampilkan dan mempertahankan jatidirinya.

Nah, salah satu bentuk entitas yang menjadi penerus adat dan budaya manusia disebut generasi, yakni sekelompok manusia yang hidup bersama, pada era atau waktu tertentu dengan memiliki ciri yang merupakan kebanggaan untuk diperjuangkan dan dilestarikan dalam hidupnya. Namun, bisa saja setiap generasi tidak menerima warisan pendahulunya begitu saja, sehingga bisa saja menimbulkan kekisruhan. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh cara dan proses alih generasi yang dinilai kurang pada tempatnya.

Baca Juga:  Alumni SMAN 1 Bandar Dua Terpilih Jadi Anggota Dewan

Situasi itu bisa saja bermuara pada gegar budaya atau yang biasa disebut clash of civilization; bahkan bisa berakibat berakhirnya sebuah generasi atau lost of generation. Hal ini bisa saja terjadi akibat gagalnya komunikasi antar generasi dan lintas generasi secara apik dan proporsional, sehingga gagasan dasar yang menjadi landasan terbentuknya komunitas atau generasi kurang dipahami oleh generasi penerus.

Berikut sepintas perkembangan generasi yang lahir dan berkembang pada bangsa Indonesia sejak abad XX hingga dewasa ini, utamanya yang berkaitan dengan kelahiran dan perkembangan negara-bangsa Indonesia.

Generasi pertama biasa disebut generasi kebangkitan nasional atau bangsa Indonesia, ditandai dengan berkembangnya gagasan yang mendorong tumbuhnya kesadaran generasi akan eksistensinya sebagai suatu bangsa. Upaya yang dilakukan oleh generasi tersebut adalah peningkatan taraf pendidikan generasi, melalui kegiatan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal melalui pendidikan politik. Generasi ini biasa disebut sebagai generasi ’08. Eksponen generasi ’08 di antaranya dr. Wahidin Soedirohoesodo, dr Soetomo dan sebagainya.

Generasi kedua adalah generasi kesadaran bangsa, ditandai dengan suatu deklarasi atau pernyataan generasi bahwa dirinya merupakan suatu bangsa, yang bertanah air, dan memiliki satu bahasa yang disebut Indonesia. Generasi ini biasa disebut sebagai generasi ’28, atau generasi sumpah pemuda dengan tokoh-tokohnya Ir. Soekarno, Mr. Moh. Yamin dsb.

Baca Juga:  Polisi Pamekasan dan LSM Gapura Door To Door Berbagi Bansos Menjelang Bulan Puasa

Generasi ketiga adalah generasi proklamasi eksistensi negara-bangsa, ditandai dengan pernyataan berdirinya suatu negara-bangsa yang bernama Negara Republik Indonesia. Generasi ini disebut generasi ’45. Ternyata tidak gampang untuk merealisasikan eksistensi negara-bangsa, dilalui dengan perjuangan yang dahsyat dengan mengorbankan jiwa dan raga warga generasi. Eksistensi negara-bangsa tidak terbatas pada eksistensi secara fisik, tetapi mewujud dalam kedaulatan bangsa, dalam bentuk berdaulat secara politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam sosial budaya, yang merupakan manifestasi dasar negara Pancasila.

Generasi keempat adalah generasi pengisi kemerdekaan, sebutlah saja generasi ‘66 dengan cirinya membangun segala dimensi kehidupan bangsa, baik ideologi,  politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan-keamanan. Kedaulatan bangsa akan terwujud dan diakui dunia apabila didukung dengan kondisi ipoleksosbudhankam yang kokoh dan tangguh.

Memasuki abad ke XXI bangsa Indonesia menghadapi perkembangan dunia yang disebut globalisasi, dengan ciri kebebasan, keterbukaan dan kesetaraan. Dengan berkembangnya globalisasi, bangsa Indonesia perlu mengadakan restorasi, revitalisasi dan rekonstruksi terhadap gerak langkah pembangunan yang diselenggarakan dalam mengantisipasi perkembangan mondial. Kalau boleh generasi ini disebut sebagai generasi pemerkokoh karakter dan jatidiri bangsa. Generasi ini sebutlah saja generasi ’00. Tanpa karakter dan jatidiri yang handal dapat saja bangsa Indonesia larut pada budaya yang berkembang secara global, yang berakibat eksistensi Indonesia sebagai suatu negara-bangsa dapat terancam, yang akan berujung tereliminasinya negara bangsa Indonesia, sehingga negara-bangsa Indonesia hanya sebatas nama tanpa makna.

Baca Juga:  Dukung Duet Gus Fawait-Anang Hermansyah, Partai Gelora Gelar Deklarasi

Dalam rangka menanggapi perkembangan generasi yang terjadi dan bakal terjadi pada suatu bangsa, perlu dikembangkan suatu dasar pemikiran sebagai berikut:

  1. Kita sebagai generasi pemerkokoh karakter dan jatidiri bangsa menghargai, menghormati hasil yang telah dicapai oleh generasi lampau. Merupakan hak setiap generasi untuk melaksanakan gerak langkah pada saatnya.
  2. Kita perlu memahami gagasan dasar yang diperjuangkan oleh generasi pendahulu kita.
  3. Kita perlu mengusahakan kelanjutan, atau kalau boleh melestarikan, gagasan dasar dan program dasar pembangunan yang perlu diselenggarakan oleh generasi dewasa ini.
  4. Kita perlu menyusun gambaran berupa kecenderungan yang bakal terjadi tentang kehidupan bangsa Indonesia menghadapi “Indonesia Emas.”

Dalam memberikan bekal bagi generasi pemerkokoh karakter dan jatidiri bangsa perlu kesadaran atau consciousness yang mendasar mengenai landasan dan pola pembangunan yang perlu diselenggarakan. Mengingat bahwa kondisi keadaan perekonomian negara-bangsa dipandang masih cukup memprihatinkan, maka masalah perekonomian negara-bangsa perlu dipikirkan lebih dahulu. Tanpa kondisi perekonomian yang menjanjikan segala gerak langkah pembangunan akan terganggu.(Banyu)

 

Related Posts

1 of 2