Kesehatan

Peringati Hari Kesehatan Dunia, WHO Kampanyekan Kesehatan Mental

NUSANTARANEWS.CO – Pada 7 April diperingati sebagai Hari Kesehatan Dunia. Penetapan ini didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setelah mengadakan Majelis Kesehatan Dunia Pertama pada 1948 silam. Majelis ini lalu memutuskan 7 April dinyatakan sebagai peringatan Hari Kesehatan Dunia yang dimulai sejak 1950.

Pada peringatan Hari Kesehatan Dunia 7 April 2017, WHO mengkampanyekan isu kesehatan mental. Sebab, menurut WHO sedikitnya ada 300 juta orang di seluruh dunia kini tengah mengidap depresi. Angka ini meningkat tajam, atau 18% antara tahun 2005 hingga 2015. Adapu salah satu faktor pemicunya ialah kurangnya dukungan bagi orang-orang yang mengalami gangguan mental. Ditambah lagi dengan rasa takut, serta tidak adanya binaan agar mereka hidup sehat dan produktif.

“Angka-angka terbaru adalah peringatan bagi semua negara untuk berpikir ulang ihwal pendekatan kepada mereka agar mentalnya sehat dan memperlakukan mereka dengan layak,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Margaret Chan seperti dikuti situs WHO.

Baca Juga:  DBD Meningkat, Khofifah Ajak Warga Waspada

Menurut Chan, salah satu langkah yang tengah diupayakan adalah mengatasi isu-isu seputar prasangka dan diskriminasi. “Stigma terus dikaitkan dengan penyakit mental, adalah alasan mengapa kami memutuskan untuk menamai kampanye ini Depression: Let’s Talk. Untuk orang yang hidup dengan depresi, bicara dengan orang yang mereka percaya adalah langkah pertama menuju pengobatan dan pemulihan,” kata Direktur Kesehatan Mental dan Penyalahgunaan Zat di WHO, Dr Shekhar Saxena.

Menurut WHO, langkah lain adalah peningkatan investasi. Sebab di banyak negara masih sedikit dukungan yang tersedia untuk menanggulangi gangguan kesehatan mental. Bahkan di negara-negara berpenghasilan tinggi, hampir 50% orang yang mengalami depresi tidak mendapatkan pengobatan. Dan rata-rata hanya 3% dari anggaran kesehatan pemerintah yang diinvestasikan untuk program kesehatan mental.

Sementara itu, di negara-negara berpenghasilan rendah investasi pemerintah bahkan kurang dari 1%. Dan paling tinggi, terutama di negara-negara berpanghasilan tinggi hanya 5% saja.

Walhasil, akibat rendahnya pengakuan pemerintah tersebut ekonomi global mengalami kerugian cukup signifikan. Kata WHO, kerugian bahkan mencapai angka triliunan dolar AS setiap tahun. Dan kerugian ini ditanggung oleh rumah tangga, penguasaha dan pemerintah. Rumah tangga kehilangan finansial karena orang tidak bisa bekerja. Pengusaha menderita kerugian ketika karyawan menjadi kurang produktif dan tidak mampu bekerja. Sedangkan pemerintah harus membayar pengeluaran kesehatan dan kesehateraan yang lebih tinggi.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Dirikan Rumah Sakit Ibu dan Anak: Di Pamekasan Sehatnya Harus Berkualitas

Sekadar informasi, depresi adalah penyakit mental yang umum ditandai dengan kesedihan terus-menerus dan kehilangan minat dalam kegiatan yang biasanya dinikmati orang, disertai dengan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari selama 14 hari atau lebih.

Adapun ciri-ciri depresi menurut WHO di antaranya; kehilangan energi, perubahan nafsu makan, kurang tidur dan kebanyakan tidur, kegelisahan, kurangnya konsentrasi, keraguan, perasaan tidak berharga, rasa bersalah, putus asa serta pikiran ingin menyakiti diri atau bunuh diri.

Penulis: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 2