Berita UtamaEkonomi

Pendiri WEF: Harapan Saya Adalah Teknologi dan Generasi Muda

NUSANTARANEWS.CO – Mengawali tahun 2017, mata dunia tertuju pada perhelatan The World Economic Forum (WEF). Sebab, Januari adalah bulan di mana Forum Ekonomi Dunia tersebut rutin diselenggarakan. Davos, Swiss merupakan kota dan negara di mana WEF berlangsung.

Mendengar WEF, tentu semua orang ingat pada sosok Klaus Martin Schwab. Ya, pria Jerman berusia 78 tahun itu merupakan pendiri sekaligus direktur eksekutif WEF. Siapa Schwab? Dia adalah seorang teknisi dan ekonom terkemuka asal Jerman yang pada 1971 silam mendirikan WEF dan Yayasan Schwab untuk kewirausahaan sosial non-profit yang berbasis di Genewa, Swiss.

KTT WEF tahun 2017 kembali jadi pusat perhatian dunia. Dikatakan demikian sebab WEF akan membahas dan merancang masa depan perekonomian dan keuangan dunia, khususnya di daratan Eropa. WEF sendiri bermarkas di Conogny, Swiss dan agenda rutinitas tahunannya selalu diselenggarakan di Kota Davos, Swiss.

Tahun ini, Cina akan memanfaatkan WEF sebagai wadah untuk mempertegas ambisinya menjadi pelopor dunia dengan membawa proposal tentang tatanan dunia baru. Membawa ide, gagasan dan konsep globalisasi inklusif, Presiden Xi Jingping akan menjadi pembicara utama dalam WEF karena dinilai punya solusi brilian untuk menjawab situasi global yang sudah tak menentu. Lalu bagaimana respon Schwab?

Baca Juga:  Pemkab Nunukan dan Unhas Makassar Tandatangani MoU

Dalam sejumlah wawancara di media, Schwab menegaskan bahwa untuk mencari solusi atas permasalahan ekonomi, sosial, teknologi dan politik dunia diperlukan solusi berkelanjutan yang sistemik, pendekatan holistik, dan kolaborasi semua pemangku kepentingan global bersatu dalam satu misi memperbaiki keadaan dunia.

Kata Schwab, penting untuk melakukan reformasi ekonomi global terutama membuat kapitalisme pasar menjadi lebih inklusif karena selama ini ekonomi pasar hanya menghasilkan pemenang dan pecundang tetapi tidak ada sistem ekonomi berkelanjutan. Seruan Schwab ini senada dengan Cina yang telah merancang konsep globalisasi inklusif.

Kaitan itu, dalam wawancaranya dengan Time Schwab melihat China memiliki kekuatan ekonomi cukup besar di dunia. Bahkan, Schwab melihat daya beli China akan melebihi Amerika Serikat.

“Sekarang negara-negara lain mengambil posisi yang akan membentuk kembali situasi global. Ini seperti seorang ayah yang memiliki banyak anak, dan sekarang anak-anak tumbuh dewasa dan menjadi mandiri. Bagaimana orangtua bereaksi?” ucapnya.

Apa kekhawatiran terbesar Anda?

Baca Juga:  Pererat Silaturrahmi, KAHMI Aceh Adakan Buka Puasa Bersama

“Kekhawatiran terbesar saya adalah hubungan AS-Cina. Saya berharap di Davos kita dapat memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih baik dari posisi masing-masing,” kata Schwab.

Teknologi adalah salah satu harapan Schwab. Sebab, kata dia, kemajuan teknologi telah menciptakan berbagai macam kesempatan dan peluang agar orang bisa mengembangkan dirinya.

Harapan lain Schwab ialah generasi muda. “Mereka yang memiliki sikap berbeda. Orang-orang memiliki sikap yang benar-benar global dan memiliki wawasan serta identitas global. Uang bukan tujuan utama mereka karena tujuan pertama mereka adalah memberikan kontribusi,” pungkasnya. (Sego/ER)

Related Posts

1 of 443