Ekonomi

Pasar Peralatan Listrik Nasional Rentan Dibanjiri Produsen Luar Negeri

NUSANTARANEWS.CO – Pengusaha listrik yang tergabung dalam APLSI tengah resah dan was-was pasar peralatan listrik nasional hanya diisi dan dimanfaatkan oleh produsen peralatan listrik dari luar negeri. Pasalnya, captive market peralatan listrik yang sudah tersedia di 35 ribu MW masih belum dioptimalkan oleh pemerintah.

Gairah industri peralatan listrik dalam negeri tengah loyo. Sehingga pemerintah dinilai perlu menggenjot tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) ditransmisi proyek 35ribu MW tahun depan. Cara ini dianggap ampuh untuk mendorong gairah industri peralatan listrik nasional.

“Kita berharap pemerintah mendorong TKDN di transmisi 35 ribu MW tahun depan. Ini salah satu langka awal mendorong gairah di industri peralatan dan konstruksi listrik nasional,” ujar Sekjen APLSI Priamanaya Djan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Menurutnya, mendorong TKDN di transmisi saat ini memang cukup realistis sebab teknologi konstruksi baja sudah cukup dikuasai di dalam negeri.

“Kelemahan kita masih di soal turbin dan sedikit diboiler. Jadi, pembangkitnya dari luar tapi kita kejar TKDN di transmisi atau di sutet itu dalam negeri saja,” papar dia.

Baca Juga:  Layak Dikaji Ulang, Kenaikan HPP GKP Masih Menjepit Petani di Jawa Timur

Saat ini TKDN di transmisi mencapai lebih dari 60 persen. Namun, TKDN ini perlu digenjot lagi secara maksimal sekaligus mendorong industri baja nasional. Menurutnya dalam proyek 35ribu MW dibutuhkan transmisi sepanjang 46.000 kilometer (km) atau selingkaran planet bumi. Sejak diluncurkan tahun 2015, pembangunan transmisi menyerap anggaran sebesar Rp200 triliun untuk lima tahun. Itu termasuk gardu induk, tower, dan konstruksinya.

Impor pelatan listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan dibandingkan impor non migas lainnya impor peralatan listrik salah satu yang tertinggi pada Juni 2016 bersama impor mesin yakni sebesar US$289,1 juta (18,06 persen). Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa nilai impor Indonesia Juni 2016 mencapai 12,02 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) atau naik 7,86 persen apabila dibandingkan Mei 2016. Namun sebaliknya turun sebesar 7,41 persen jika dibandingkan Juni 2015.

Saat ini terdapat sembilan kelompok industri yang sangat tergantung pada produsen luar antara lain industri mesin dan peralatan listrik, logam, otomotif, elektronika, kimia dasar, makanan-minuman dan pakan ternak, tekstil, barang kimia lain termasuk karet-plastik, serta pulp dan kertas. Khusus untuk kelompok industri mesin dan peralatan listrik, tingginya impor kelompok ini disebabkan adanya keterbatasan teknologi, khususnya yang memerlukan presisi tinggi sehingga masih mengandalkan principal luar, serta keterbatasan bahan baku. (Sego/Er)

Related Posts

1 of 447