Berita UtamaEkonomi

Paradoks Negeri Bahari

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Memiliki bentangan garis pantai yang luas dan panjang hingga mencapai 100 ribu kilometer, tak lantas menjamin sektor bahari Indonesia bisa menjadi tumpuan sebagai penghasil devisa ke negara. Ini menyusul laporan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Arief Yahya yang menyebut sektor bahari Indonesia hanya menyumbang devisa ke negara 10%.

Dengan kata lain, sekalipun Indonesia mempunyai potensi bahari melimpah, namun kenyataannya sektor tersebut hanya mampu berkontribusi kurang dari 11 persen. Bila dibandingkan dengan nagara-negara lain, khususnya negara tetangga Malaysia yang notabenenya tak sekaya Indonesia dalam hal kepemilikan garis pantai, Indonesia kalah telak.

Kenyataan ini tentu sangat kontradiktif.  Pasalnya, ‘konon’ Indonesia disebut-sebut sebagai negara yang memiliki bibir pantai terpanjang nomer dua di dunia. ‘Konon’ pula, Indonesia memiliki 17.504 pulau, 95.181 km garis pantai serta keindahan bawah laut dan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Baca:

Baca Juga:  Dukung Revisi UU Desa, Gus Fawait Sebut Pembangunan Desa Bisa Maksimal

Bangsa mana lagi yang tak bangga memiliki kekayaan itu semua. Artinya, diskursus pariwisata khususnya disektor bahari Indonesia itu sangat hebat. Bayangkan saja, luas ekosistem terumbu karang di Indonesia mencapai 85.707 km2 (18% dari total luas terumbu karang di dunia), 10 ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di dunia, 6 berada di Indonesia meliputi Raja Ampat, Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa dan Pulau Weh.

Belum lagi Indonesia juga memiliki komunitas mangrove terluas di dunia, yaitu 4,25 juta ha atau 27% dari luas hutan mangrove dunia (15,9 juta ha). Begitu juga dengan jenis ikan hias yang terdapat di perairannya mencapai 236. Sederet data-data ini mestinya tak diragukan lagi bagi keberadaan sektor bahari Indonesia dalam menunjang pendapatan devisa negara.

Namun mau bagaimana lagi, nyatanya sampai saat ini, sektor bahari Indonesia belum mampu menjadi penopang pendapatan devisa ke negara dalam skala besar. Lantas apa pentingnya sederet label dan rekor terhadap kakayaan bahari yang dimiliki Indonesia oleh dunia? Kiranya patut bertanya, ada apa dengan sektor bahari kita?

Baca Juga:  Khofifah Layak Pimpin Jatim Dua Periode, Gus Fawait: Sangat Dirindukan Rakyat

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 440