Puisi

Panggung Demokrasi, Ritual Kekuasaan Satria Sejagat – Puisi Yan Zavin Andjand

Panggung Demokrasi

Tak ada yang berubah dariku
Yang berubah hanya kehancuran moral menjelma korupsi yang terus ditontonkan
Kebebasan politik tak ubahnya miras oplosan di meja gedung kekuasaan
Lagu-lagu kebangsaan terdengar seperti musik disco di club-club malam

Oh, suara penguasa panggung demokrasi
Suara janji-janji biduan hiburan sesaat
Goyang striptis ditontonkan menari kebebasan
Bagi penguasa adalah kemenangan menjatuhkan lawan

Kebobrokan
Kehancuran
Mental bangsaku terus menjelma permata, uang, seks, narkoba, dan importir kepentingan

Aku tahu Tuhan punya rencana gila di balik sampah-sampah penguasa jelata di atas tubuh rakyat yang baikai
Meski rakyat sudah menjadi domba-domba liar sambil menghamba tuan-tuan
Namun tak akan ada lagi persekongkolan seperti tuan-tuan lakukan dengan penguasa budak yang mencoba menyaingi tuannya

Jakarta, September 2016

Ritual Kekuasaan

Tuan-tuan selalu tampil hebat
Gagah berwibawa sebagai pejuang kepentingan sang ibu dan majikan di negeri seberang
Aku orang di balik istana menyaksikan tuan-tuan menabur kembang dan kemenyan

Rapat-rapat kenegaraan tuan-tuan isi dengan ritual kesaktian;
Ritual pemanggil ruh pemuja kekuasaan
Ritual pemanggil sukma membuang sial
Bau kemenyan bercampur syahwat liar
Kembang tujuh rupa bertebar ke seluruh ruangan

Tuan-tuan pemuja tubuh beraroma perawan
Kursi-kursi percaturan anggaran berserak ke pojok kamar
Istana berubah sebentuk hikayat persekongkolan semerbak bunga mawar
Seorang nenek tua pemandu ritual disangka gadis jelmaan Roro Kidul pengendali tahta
Birahi kekuasaan tuan-tuan seketika membuncah menabuh genderang
Hingga jiwa-jiwa lenyap dalam aroma setubuh ruh

Aku tak menyaksikan tuan-tuan memuja Tuhan
Sebab Tuhan adalah tuan dalam jelmaan

Ritual kekuasaan serentak berkumandang di gereja, masjid, klenteng bahkan di kantor serupa
Berharap tubuh lebur merasuk sukma;
Sukma penyelamat harta dan tahta
Sukma penyelamat dari gempuran kedatangan pasukan singa

Jakarta, September 2016

Satria Sejagat

Aku kembali dari masa lalu
Datang dengan senyum belaian angin
Masa lalu adalah mitos kebesaranku dari pertapaan keabadian
Doaku merah mewarnai putih bendera
mengekal dalam-dalam di dada

Kini mahkota di kepalaku singa
Gagah perkasa memburu binatang-binatang liar di hutan belantara negeri

Akulah satria sejagat itu
Kedatanganku adalah hujan menderu badai

Kedatanganku adalah sorak sorai mewarnai kegembiraan bocah-bocah bermain di halaman rumah tanpa penghuni
Bunyi petir disangka lagu kemerdekaan bertepuk kegembiraan para petani dan nelayan
Aku ikut bernyanyi dengan melantunkan lagu dan puisi tentang bangsa dan tanah air negeriku

Aku kembali dari masa lalu saat negeriku musim gemuruh;
Gemuruh teka teki perselingkuhan para pejabat negeri
Mulut-mulut berucap saling membela diri
Perselisihan dibiarkan untuk saling mencuri
Pejabat negeriku semakin tak tahu diri

Jakarta, September 2016

Yan Zavin Aundjand
Yan Zavin Aundjand

*Yan Zavin Aundjand, Sastrawan asal Madura. Karya-karyanya yang sudah terbit antara lain Labuk Dhellika (Antologi Puisi), Jejak Tuhan (Novel), Tarian di Ranjang Kyai (Novel), Sejarah Agama-agama Besar Dunia (Sejarah), Pinangan Buat Najwa (Antologi Puisi), Kupu-kupu di Jalan Simpang (Antologi Puisi), Bangkai dan Cerita-cerita Kepulangan (Kumpulan Cerpen), Garuda Matahari (Buku), dll. Mukim di Jakarta.

Related Posts

1 of 124