Traveling

Nugraha Imam Setiawan, Orang Indonesia Pertama Masuk Tim Ekspedisi Ke Antariksa

NUSANTARANEWS.CO – Mengikuti eksepdisi riset ke Antartika seumpama mendapatkan durian runtuh bagi dosen Fakultas Tehnik UGM, Nugraha Imam Setiawan. Bagaimana tidak, dirinya terpilih satu-satunya anggota tim ekspedisi yang berasal dari Indonesia mewakili Asia Tenggara.

Banyak researcher dari negara di Asia Tenggara yang mendaftar diri dalam kegiatan ini seperti Malaysia, Myanmar, Vietnam, Kamboja, Laos dan lainnya. Akan tetapi, yang terpilih hanya 3 orang dari 3 negara yaitu Indonesia, Sri Lanka dan Mongolia. Imam lah yang mewakili Indonesia. Pria 33 tahun peraih gelar PhD dari Kyushu University, Jepang, pada 2013 ini akan mengikuti penelitian tentang masa depan planet bumi di Antartika yang diadakan Japan Antartic Research Expedition (JARE). Rencananya, kegiatan riset tersebut akan dilaksanakan selama dua bulan, Januari-Februari 2017.

Menurut Nugroho, tim Japan Antartic Research Expedition (JARE) summer dan winter party berjumlah 64 orang. Sebanyak 61 orang adalah orang Jepang dan 3 lainnya dari Indonesia, Sri Lanka dan Mongolia. Pada Ekspedisi Japan Antartic Research Expedition (JARE) yang ke-58 ini memang sengaja mengundang researcher dari negara-negara Asia yang belum memiliki camp di Antartika untuk bergabung sebagai observer melalui program Asian Forum for Polar Sciences (AFOPS). Ekspedisi riset di Antartika ini nantinya para peserta akan mencari data-data menarik untuk publikasi paper dalam mengungkap evolusi dari batuan metamorf.

Para peneliti akan bergabung ke dalam tim geologi, dan akan berangkat ke Antartika pada akhir November 2016 serta kembali Maret 2017, tahun depan. Tim yang tergabung dalam ekspedisi ini terdiri dari peneliti yang berasal dari berbagai disiplin keilmuan seperti geografi, geologi, oceanografi, biologi, geofisika, sedimentologi, astronomi, glasiologi, dan lain-lain. Nugroho sendiri akan masuk ke dalam tim geologi yang akan meneliti batuan metamorf di Antartika dengan persyaratan dasarnya adalah spesialisasi keilmuan di bidang batuan metamorf.

Saat ini, training ekspedisi Antartika untuk persiapan ekspedisi sudah dilakukan. Sementara Winter Camp Training sudah dilaksanakan pada tanggal 7-11 Maret lalu di Jepang. Training ini diselenggarakan oleh National Institute of Polar Research (NIPR) yang merupakan organisasi resmi penyelenggara dari JARE. Pelatihan persiapan riset di Antartika bersama anggota tim lainnya merasakan kondisi di Antartika sesungguhnya. Training ini dimaksudkan untuk mempersiapkan anggota tim ekspedisi agar mampu beradaptasi dengan cuaca ekstrem di antartika, agar kegiatan riset berjalan sesuai dengan target yang telah direncanakan.

Lebih lanjut, dalam traning tersebut masing-masing tim research memiliki kurikulum yang berbeda. Pada saat pelatihan, Nugroho bersama anggota tim observer lainnya mendapatkan penjelasan terkait kegiatan ekspedisi JARE, salah satu materinya adalah terkait cara bertahan hidup. Di samping itu juga melakukan praktek dalam upaya menemukan rute apabila tersesat, pelatihan berjalan di salju dengan climbing iron, evakuasi jurang, pelatihan tidur di bivak dan lainnya dalam ekspedisi.

Nugroho menambahkan, Antartika dahulu jauh lebih luas dari sekarang. Daratan tersebut terpecah-pecah dan menjelma menjadi beberapa daratan di antaranya Sri Lanka, Madagaskar dan Australia.

“Tim kami ingin merekonstruksi bagaimana [daratan] itu bisa terpecah, Nugroho mengakui, riset yang dilakukan itu tidak akan memberi manfaat secara langsung dalam waktu dekat. Namun, bukan berarti riset tidak bermanfaat dalam jangka panjang. Justru melalui riset ini, evolusi planet Bumi bisa dipelajari lebih jauh sehingga berguna dalam pengambilan kebijakan terkait nasib planet ini ke depan. Target kami adalah mengungkap misteri evolusi bumi,” kata dia. (Ucok Al-Ayubbi)

Related Posts

No Content Available