Puisi

Nana Aoleng – Puisi Raden Agung

Aoleng

Seperti kenangan
Hidup hanyalah ulangan

Seperti kata orang-orang postmo
Kita akan kembali
Di mana Agama di perjual-belikan
Bak sayur di pasaran

Dan peradaban akan bergerak bebas
Seperti burung terbang dari sangkarnya

Kita akan melihat anak-anak muda yang canggih
Keluar masuk di mall, diskotik, supermarket
Sedang Masjid, Gereja, dan Vihara
Menjadi tempat paling sakral
Yang hanya dikunjungi
Kakek-nenek jompo

Seperti kenangan
Hidup hanyalah ulangan

2016

Nana

Mengenangmu
Seperti mengingat kematian
Di mana hanya aku dan Tuhan
Yang tahu
Bagaimana dinginnya
Bagaimana sakitnya

Detik-detik itu adalah detik paling romantis
Di mana malaikat menjatuhkan waktu di tubuhku
Dan orang-orang berhambur
Menjatuhkan air matanya
Melantunkan doa-doa

Begitulah mengenangmu
Dan berhala-berhala tentangmu

Maka tak ada kesedihan di wajahku
Ketika kau benar-benar pergi
Dan tak akan kembali

2016

R Chusna I

Tak ada yang lebih indah
Dari perjumpaan denganmu

Hari-hariku habis di tanah rantau
Dan kau tahu
Rantau adalah tempat orang-orang kalah
Tempat bagi para pecundang
Yang pergi meninggalkan tradisi

Aku bukan Gabril Marcel
Yang Homo Viator
Aku juga bukan Ernst Bloch
Yang punya pengharapan

Aku hanyalah pejalan
Yang lupa jalan pulang

2016

R Chusna II

Aku ingin membencimu
Dengan sangat sederhana
Bahkan lebih sederhana
Dari hujan bulan juninya Sapardi

Membencimu
Adalah pengharapan paling besar
Dalam hidupku
Sebab dengan begitu
Cinta akan tumbuh di hati kita

2017

R Chusna III

Bayangkan, bayangmu menyatu dengan bayangku
Lalu menyatulah dengan benar-benar menyatu
Lupakan segala yang pernah ada
Keberadaanmu telah menjadi ketiadaan itu sendiri
Terbanglah, kau akan temukan keraguan
di dadamu

Temukan aku dalam bayangmu
Lalu katakan sesuatu, apapun itu
Kita akan menjadi sebuah partikel
Dalam rumus X kuadrat
Dan menjadi angka-angka
Dalam mimpi dan nyata

Cepatlah sebelum pecahan cahaya menyilaukanmu
Telah kulebarkan dadaku
Dan kuhangatkan tubuhku
Telah begitu lama kekosongan ini melanda
Bahkan sejak pertemuan itu bermula
Jangan risau
Tak ada yang tersimpan dariku
Kecuali rindu yang memanjang ke tubuhmu

2016

Bolu

Kita tak ubahnya kumbang
Yang terbang mencari sekuntum bunga

Bunga adalah harapan
Dalam setiap perjalanan
Seperti para pelancong
Yang mengagumi ini-itu
Dan ingin memilikinya

Tapi kau lebih dulu pulang
Dan memetik bunga-bunga
Meski tanganmu berdarah
Namun darah, bukti bahwa kau bukan pengecut

Aku masih ingin terbang
Dari taman ke taman
Memandangi bunga-bunga yang mekar
Hingga tak kulihat lagi
Bunga-bunga tumbuh di taman
Dan hanya tumbuh di dadaku

2016

Kholbari

Hanya aku, kamu dan kita yang tahu
Bahwa doa-doa itu
Bukan mantra
Yang bisa menaklukkan hati wanita

Busa di mulutmu
Sampah bagiku

Kuburan nenek moyang
Sering kau kunjungi
Tengah malam
Saat jangkrik-jangkrik bernyanyi riang
Memanjatkan puja-puji pada Tuhan

Untuk apa?
Bukankah cinta
Hanya terpaku pada logam dan kertas
Selebihnya nonsense

Hanya aku, kamu dan kita yang tahu
Bahwa doa-doa itu
Ilusi panjang anak muda
Menaklukkan hati wanita

2016

*Raden Agung, nama pena dari Khairul Anam, Menulis Esai dan Puisi, sekarang mengelola taman baca “Settong Dhere” dan aktif di Lembaga Kajian Masyarakat Bragung (LKMB), Kumpulan Puisinya “Suluk Matahari” Pisau Pustaka: 2015. Dan bermukim di pulau garam Madura.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124