Terbaru

MPR: Tantangan Global, Energi dan Intervensi Asing

NUSANTARANEWS.CO – Wakil Ketua MPR RI, E.E. Mangindaan, mengungkapkan bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk bumi dari waktu ke waktu, maka kebutuhan akan air, energi dan pangan pun akan semakin bertambah.

Menurutnya, 50 tahun yang lalu jumlah penduduk dunia sebanyak 5 miliar jiwa, namun sekarang sudah mencapai 7 miliar. “Semakin banyak orang di bumi, disinilah terjadi persaingan memperebutkan ketiga hal tersebut terutama pangan dan energi,” ungkapnya seperti dikutip dari siaran pers, Jakarta, Kamis (8/12).

Pasalnya, lanjut Mangindaan, pangan dan energi sangat strategis. “Inilah yang menjadi problem,” ujarnya.

Meski demikian, Mangindaan mengaku, dirinya optimis memandang ke depan. Ia mengatakan, kuncinya adalah pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan ilmu, menurutnya, jumlah panen padi bisa ditingkatkan sampai puluhan ton. “Ilmu pengetahuan bisa mengatasi kebutuhan pangan,” katanya.

Dalam soal energi, perebutan akan semakin ketat. Mangindaan pun mencontohkan bahwa semua kendaraan membutuhkan energi. Banyak kendaraan membuat energi semakin banyak dibutuhkan. “Banyak orang memperebutkan energi,” ujarnya.

Baca Juga:  Mobilisasi Ekonomi Tinggi, Agung Mulyono: Dukung Pembangunan MRT di Surabaya

Meski demikian, Mangindaan juga optimis masalah itu bisa diatasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Globalisasi, menurut Mangindaan juga menjadi tantangan bangsa, karena globalisasi bisa mengintervensi bangsa Indonesia. dalam era globalisasi, pihak asing akan mempengaruhi perumusan kebijakan dalam negeri.

Mangindaan menceritakan pengalamannya saat menjadi Menteri Perhubungan, bagaimana saat dirinya hendak menyusun kebijakan perhubungan. Adanya ASEAN juga membuat dirinya berpikir bagaimana kebijakan itu juga menyentuh masalah hubungan antarbangsa itu.

Dalam globalisasi ini, Mangindaan mengatakan, kita tidak boleh hanya memandang ke dalam, namun juga harus memandang keluar. “Pengaruh global harus kita perhitungkan dalam perumusan,” ujarnya.

Ia pun mencontohkan, sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Bitung, Sulawesi Utara, dipersiapkan untuk menghadapi Abad Pasifik. “Untuk itu, perencanaan Bitung harus berwawasan global,” ujarnya. (Deni)

Related Posts

1 of 17