NUSANTARANEWS.CO – Mengulik Cita-cita Anak Sekolah di Era Digital. Masih ingatkah Anda ketika sekolah dulu teman-teman Anda pernah bercita-cita menjadi guru, pilot, arsitek, dokter, polisi, tentara, dan bidang profesi lainnya. Lebih banyak dari mereka yang lahir antara tahun 80-an sampai awal 90 ada tiga pilihan yang paling diminati yaitu dokter, pilot, dan arsitek.
Tentu Anda masih mengingat moment itu, meskipun sekarang Anda dan mungkin teman-teman Anda juga, sukses justru bukan di bidang yang pernah ditulis di buku harian sebagai cita-cita Anda dulu. Sekarang, apakah Anda pernah berpikir, seperti apa cita-cita anak-anak sekolah setelah generasi Anda?
Dunia modern telah membawa perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat. Fluktuasi finansial dunia mengalami peningkatan dan invasi dunia hiburan pun lebih agresif sehingga anak-anak sekolah semakin akrab dengan dunia digital (cyber) dengan tersedianya WiFi di mana-mana dan bisa online kapan saja.
Lantas seperti apa cita-cita anak-anak sekolah yang akrab dengan gadgetnya itu? Mereka sudah bisa mengaoprasikan jejaring sosial, punya akun YouTube, dan lihai main game online. Tentu cinta-cita mereka tidak sama dengan cita-cita anak-anak sekolah era 80-an sampai awal 90 itu.
Nominet melansit hasil surveinya baru-baru ini dengan responden yang terdiri dari kalompok siswa sekolah berusia 11-18 tahun. Nominet mempublikasikan hasilnya bahwa kebanyakan dari responden tersebut sudah tidak bercita-cita untuk menjadi dokter, pilot atau arsitek. Cita-cita mereka sejalan dengan perkembangan dunia IT.
Riset menunjukan bahwa sepertiga responden menjawab ingin menjadi game developer. Lalu, sebanyak 13 persen responden mengaku, punya cita-cita sebagai application developer dan website developer.
Sisanya, 7% bercita-cita menjadi perancang busana dan musisi yang mana hal itu sesuai dengan melesatnya dunia hiburan/entertain di dunia; 10% bercita-cita jadi Atlet; 5% memilih menjadi seorang astronot; 4,3% jadi polisi, 6% memilih pengacara, dan 6,3% ingin jadi dokter atau suster.
Anak-anak laki mayoritas bercita-cita memasuki dunia industri teknologi. Sedangkan anak-anak perempuan menilai dunia teknologi membosankan (41 persen), terlalu teknis (35 persen), sulit (28 persen), dan terlalu maskulin (16 persen). (Sel/Sl)
