Ekonomi

Mengejar Ketertinggalan MRT Jakarta

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ibukota Indonesia, Jakarta sepertinya memang harus mengalah karena ketinggalan kereta. Jika dibandingkan dengan sesama ibu kota di negara-negara tetangga, transportasi publik Jakarta masih ketinggalan.

Ibu kota Filipina, Manila misalnya sudah memiliki Light Rail Transit System (LRT) sejak 1984. Pada 1999, Manila menambahkan Metro Rail Transit System (MRT) untuk mengintegrasikan sistem transportasi publik di kota padat penduduk ini. Kedua mode ini mengangkut 1,35 juta penumpang perhari.

Singapura, sistem transportasinya pun bahkan berani diadu dengan kota-kota besar di negara maju. Ini karena seluruh bagian kota di Singapura dihubungkan dengan sistem transportasi yang terintegrasi dengan baik. Masyarakatpun tak segan naik bus kota atau kereta ke mana-mana. MRT Singapura sudah beroperasi sejak 1987 atau 30 tahun lalu. Gerbong-gerbong LRT yang berfungsi sebagai feeder ke terminal-terminal MRT mulai difungsikan pada 1999.

Kuala Lumpur, baru-baru ini ibukota Malaysia itu menambah jumlah jalur LRT yang menghubungkan dengan daerah-daerah di sekitarnya. Selain penambahan itu, Kuala Lumpur telah memiliki MRT sejak 1995. Sistem transportasi umum di ibu kota negeri jiran ini mulai terintegrasi dengan baik di 1995, yakni saat proyek Rapid KL yang merapikan sistem LRT, MRT, Monorail, Bus Rapid Transit (BRT) dan Feeder Bus diluncurkan.

Baca Juga:  Kondisi Jalan Penghubung Tiga Kecamatan Rusak di Sumenep, Perhatian Pemerintah Diperlukan

Bangkok, ibukota Thailand ini mulai menikmati keberadaan MRT sejak tahun 2004. Tapi proposal soal desain sistem transportasi cepat di Bangkok sudah disusun sejak lampau di 1975. Sebanyak 240 ribu penumpang perhari diangkut oleh MRT Bangkok yang memiliki dua jalur, Blue line dan Purple line.

Lantas, bagaimana dengan Jakarta? Sejauh ini, Jakarta adalah kota yang terbesar di Asia Tenggara yang tak punya kereta metro.

Baca Berita Terkait: Silang Sengkarut Transportasi Publik di Indonesia

MRT Jakarta sebenarnya telah digagas sejak 4 dekade lalu, namun baru 4 tahun lalu ide memiliki kereta cepat yang beroperasi di bawah tanah (underground section) dan jalan layang (elevated section) ini mulai di realisasikan.

Pada Oktober 2013, Presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan konstruksi MRT Jalur Selatan (Lebak Bulus-Kampung Bandan) Tahap 1. Jalur Selatan itu akan menghubungkan Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia (HI). Jaraknya sekitar 15,7 kilometer, tapi jika ditempuh dengan mobil biasa bisa memakan waktu berjam-jam melihat padatnya lalulintas Jakarta. Maka, dengan adanya MRT, jarak tersebut ini bisa memakan waktu lebih sedikit dengan hanya 30 menit saja.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Akan Perjuangkan 334 Pokir Dalam SIPD 2025

Pembangunan jalur ini juga sudah mendekati tahap akhir. Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar mengatakan, stasiun-stasiun bawah tanah yang dibangun sepanjang jalur Senayan-Bunderan HI, sudah mencapai 93 persen selesai. Stasiun layang yang membentang dari Lebak Bulus sampai Sisingamangaraja telah mencapai 76 persen.

William menyebutkan bahwa ditargetkan tahun depan semua pekerjaan konstruksi bakal selesai. Karena di tahun yang sama pula, ia menjanjikan, unit gerbong kereta akan datang. Kereta tersebut diproduksi oleh Sumitomo Corporation dari Jepang. Ada 16 rangkaian kereta yang akan dikirim. Setiap rangkaiannya terdiri dari 6 gerbong. Dengan total 96 wagon, MRT jalur ini ditargetkan mengangkut 173.400 penumpang setiap hari.

Seluruh pengoperasian MRT ditunjang dengan teknologi bertajuk Communication Based Control dan Automatic Train Operation, yang artian pengoperasiannya tak tergantung masinis. Laju kereta akan dikontrol dengan sistem. Masinis bertugas mengendalikan keberangkatan dan melakukan penanganan saat keadaan darurat.

Warga Jakarta nampaknya belum pernah dimanjakan oleh transportasi publik cepat ini: kereta cepat yang akan tiba di peron setiap lima menit sekali; berteknologi tinggi yang berarti tak ada lagi problematika gangguan sinyal atau rel anjlok yang kadang-kadang dialami Kereta Api Commuter Jabodetabek (KCJ) milik PT Kereta Api Indonesia; juga bakal terintegrasi dengan TransJakarta dan LRT yang juga sedang dibangun.

Baca Juga:  Hotipah Keluarga Miskin Desa Guluk-guluk Tak Pernah Mendapatkan Bantuan dari Pemerintah

Pewarta: Ricard Andhika
Editor: Romandhon

Related Posts