Inspirasi

Menempa Kepedulian Sosial di Bulan Ramadhan ala Mensos Khofifah

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mengapa Islam mengajarkan kewajiban membayar zakat fitrah sebelum mengakhiri puasa sebulan penuh? Salah satu makna yang terkandung ialah bahwa puasa kita “tidak akan diterima” oleh Allah SWT tanpa kita melunaskan salah satu kewajiban untuk berbagi kepada sesama, tanpa kemauan untuk menyisihkan apa yang kita miliki untuk kita bagikan kepada sesama.

Demikian ungkap Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa dalam sebuah karya tulisnya berjudul “Ramadhan Bulan Kepedulian Sosial”. Menurut Khofifah, Puasa Ramadhan sangat erat hubungannya dengan kepedulian sosial. Nabi Muhammad SAW dalam masa hidup beliau meningkatkan amalan shalat malamnya di bulan suci ini sekaligus memberi teladan untuk berbagi.

“Secara esensial berpuasa ramadhan adalah mengendalikan diri dan meningkatkan tradisi berbagi dan terbinanya kepedulian sosial. Dalam ajaran Islam dikenal bahwa salah satu nama yang lekat dengan bulan Ramadhan adalah syahrul Jud; yaitu bulan memberi, disamping dikenal sebagai syahrul Muwassah yaitu bulan bermurah tangan dan bulan memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan,” jelasnya.

Sehingga, lanjutnya, dapat dikatakan bahwa di bulan Ramadhan ini Allah SWT memberi kesempatan kita kaum muslimin untuk meningkatkan solidaritas sosial, memberikan bantuan kepada mereka yang lebih membutuhkan secara sukarela dilandasi oleh ketakwaan diwujudkan dengan  nilai kemanusiaan tanpa pamrih. Ramadhan bisa menciptakan kultur gotong royong dan keceriaan dalam berbagi. Ramadhan adalah tarbiyah untuk bersedekah, sekolahan yang efektif untuk menyapa mereka yang kurang beruntung.

Semangat Ramadhan bisa meningkatkan virus positif filantropisme yaitu semangat atau kesadaran mendekati Sang Pencipta dengan jalan memberi, mencintai orang papa dan membantu sesama. Ajaran berpuasa dapat berhubungan kuat dengan pesan moral untuk berbahagia dalam membantu sesama atau happy to help others. Ramadhan adalah kawah candradimuka untuk meningkatkan rasa yang berkaitan dengan kata giving, loving and caring; memberi, mencintai dan peduli.

“Jadi, menurut hemat saya makna puasa Ramadhan lebih jelas impact-nya kalau kita merasa ada semacam kebahagiaan tersendiri ketika dapat membantu. Sebagaimana ajaran Islam dan agama agama sebelumnya, bahwa hakekat membantu orang lain itu sesungguhnya membantu diri sendiri untuk bahagia. Banyak testimoni yang datang dari kalangan orang kaya papan atas yang mangatakan hidupnya seakan benar benar merasa bahagia setelah mereka bisa membantu sesama,” ungkap Ketua Muslimat NU itu.

“Bagi saya bulan Ramadhan sangat erat dengan visi dan misi serta amanat kami dalam memimpin Kementerian Sosial. Kami diamanati oleh pemerintah untuk menjadikan semua bulan laksana bulan Ramadhan sebagaimana Undang Undang 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial mengamanatkan kami untuk menangani berbagai masalah sosial masyarakat yang makin dinamik dan variatif, bahkan masalah masalah tersebut secara kulaitiatif dan kuantitatif cenderung mendalam dan meluas spektrumnya di seluruh Indonesia,” sambungnya.

Pihaknya juga mencatat di setiap bulan Ramadhan, kesukacitaan masyarakat untuk membantu dan memperhatikan mereka yang membutuhkan pertolongan serasa meningkat di berbagai kalangan. Orang orang kaya menyisihkan sebagaian hartanya untuk mereka yang membutuhkan. Tampak jelas nyata bahwa ramadhan ikut meningkatkan kepedulian sosial.

“Semoga melalui bulan Ramadhan kita bisa meningkatkan gerakan peduli sesama demi kemanusiaan; membantu mereka yag  mempunyai keterbatasan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan asasinya, seperti halnya apabila terdapat bencana atau kerawanan. Hanya dengan itulah manisnya bulan suci Ramadhan terasa jelas di bumi ini,” harap Mensos Khofifah. (Riskiana S)

Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 29