Artikel

Mencari Rimba Media Informasi di Masa Depan

NUSANTARANEWS.CO – Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi yang begitu massif mampu merubah wajah keberadaan media massa (media informasi). Ini merupakan gejala riil globalisasi. Ditandai dengan corak khas watak ‘efesiensi’ yang menggejala di semua sektor. Termasuk efesiensi dalam memproduksi dan memperoleh informasi. Segalanya harus instan, cepat dan serba mudah.

Situasi ini memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia, namun dalam konteks berbeda perkembangan tersebut justru tak ubahnya pisau bermata dua. Keberadaannya bisa menjadi ancaman serius terhadap kemapanan peradaban yang telah dibangun.

Dengan kata lain, perkembangan media informasi yang semakin canggih membawa dampak terhadap nasib tradisi tulisan yang konon dianggap sebagai pijakan manusia berperadaban, dari yang semula hanya mengandalkan lisan kemudian menemukan tulisan.

Ini adalah gejala zaman. Jika dulu sebelum teknologi dan sains berkembang pesat, koran, radio dan televisi merupakan deretan corong media informasi. Namun seiring dengan perkembangan zaman, tren media cetak dan eletronik itu memasuki masa-masa suram, kecuali televisi yang mampu bersaing lantaran mampu menyuguhkan tampilan audio visual sekaligus. Sementara koran dan radio yang mulanya sebagai trend center media informasi mulai kehilangan tuah, menyusul tumbuh suburnya portal berita online.

Bersamaan dengan itu, proses transformasi dari rezim cetak ke era digital melahirkan warna baru dalam khazanah kepenulisan. Pena yang kerap identik dengan seorang penulis praksis ditanggalkan seiring ditemukannnya beragam perangkat lunak. Itu sebuah keniscayaan yang tak bisa dipungkiri.

Artinya, era digital telah membawa pengaruh signifikan. Beragam media alternatif pun menjamur, memungkinkan setiap person memiliki media informasi sendiri. Ditandai dengan mewabahnya media sharing macam blogspot yang menjadi salah satu pelopor lahirnya citizen journalism.

Dalam perkembangannya, blogspot bermetamorfosis menjadi media alternatif yang banyak digandrungi orang. Selain karena memang efesien dan tentunya memiliki nilai ekonomis. Setiap orang bisa mengaktualisasikan diri dalam sajian tulisan maupun gambar.

Tampaknya era blogspot bukan menjadi penanda final, sebaliknya berbagai improviasi dan inovasi teknologi telah mengantarkan manusia pada babak baru perkembangan informasi. Lahirnya jejaring sosial semakin menambah riuh media alternatif di era digital. Seolah era digital kian menegaskan bahwa karakteristik bernama ‘efensiensi’ menjadi harga mati bagi masyarakat modern.

Rezim media sosial terus berlanjut, dengan semakin canggihnya fitur-fitur yang ditawarkan. Tidak hanya bisa berbagi informasi lewat tulisan dan gambar, melainkan juga video. Bahkan seseorang kini tak perlu bersusah payah merangkai kata dalam tulisan demi menyampaikan informasi. Cukup dengan merekam video dan mengugguhnya ke media sosial, sebuah informasi akan dengan cepat menyebar.

Bahkan maraknya live streaming yang ditawarkan oleh media sosial misalnya mampu menggeser reportase televisi. Siapapun bisa melakukannya. Begitupun dengan blogspot, kini tampaknya mulai digiring menuju pada gaya baru berupa tampilan audio visual dengan lahirnya video blog (vlog) di kanal Youtube. Dengan kata lain, kecenderungan publik hari ini lebih condong melihat video dari pada harus membaca tulisan. Lagi-lagi ini soal efesiensi yang tanpa disadari telah menggiring manusia untuk  malas.

Sebagai contoh dulu orang tak merasa risih saat membaca berita atau artikel panjang. Namun dengan menjamurkan portal berita online publik cenderung suka membaca tulisan singkat dengan dalih efesiensi. Selanjutnya, mereka kemudian merasa jenuh dengan tulisan, akhirnya memilih video guna mendapatkan sebuah informasi.

Fenomena pekembangan teknologi yang begitu pesat sekiranya bisa menjadi angan-angan sekaligus renungan, kemana muara dari arus media informasi ini nantinya? Akankah tulisan masih menjadi primadona atau sebaliknya justru kecakapan lisan melalui video jadi corak dari wajah peradaban media informasi di masa depan? Jika melihat gejala yang ada, bukan tidak mungkin tradisi tulisan sebagai media penyalur informasi akan digeser oleh tradisi lisan melalui video.

Penulis: Romandhon

Related Posts

1 of 421