Budaya / SeniPuisi

Mawar Merah dan Surat Cinta

Puisi Yanwi Mudrikah

BERISTANA DI AWAN-AWAN

ketika kanak-kanak kubayangkan
aku menjadi seorang putri
yang beristana di awan-awan
banyak kue dan coklat, pelayan para peri

ketika kanak-kanak kupanjat
pohon mangga belakang rumahku
kulari diri dari pekerjaan rumah
matematika, kudekatkan diriku

dengan ketinggian
dengan awan-awan
tapi tanganku tak menjangkau
tinggallah anganku diterbangkan angin

seorang lelaki datang lebih mirip awan-awan
yang menerbangkan aku
menjelma seorang putri
yang beristana di awan-awan

seorang lelaki itu lebih mirip pohon mangga
yang menyembunyikan aku
dari hiruk-pikuk pekerjaan, gosip perempuan
dia mendekatkan diriku

dengan ketinggian
dengan awan-awan
kali ini tanganku menjangkau
meninggalkan angan masa kanakku

betapa kecilnya aku
dari ketinggian
betapa kerdilnya aku
dari awan-awan

kugapai-gapai terus awan-awan itu
kupanjat-panjat terus pohon mangga itu
tuhan………………
jangan tinggalkan aku sendirian

Purwokerto, 1 Februari 2016

MAWAR MERAH DAN SURAT CINTA

kemarin turun hujan
membuka-buka surat cinta
dan setangkai mawar merah
kelopaknya berguguran
bersama tanah basah

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

kemarin hujan semalaman
ada patahan-patahan doa
belum sempat terjawab
dalam sembahyang malam

kemarin kita bersepakat
bahwa kata-kata adalah matahari
setia pancarkan cahaya
kepada semesta

Purwokerto, 26 Maret 2016

TARIAN HUJAN

aku tahu
kau tak pernah hujani aku dengan kata-kata
tetapi dengan tujuh puluh tiga doa
yang tak pernah tersendat

aku paham
kesepian adalah ombak
yang kadang-kadang menyerumu untuk kembali
untuk pergi dan mendekat lagi

aku tahu
ketika rindu ini dipahat
tidak sempat lagi untuk khianat

Purwokerto, 27 April 2016

Yanwi Mudrikah
Yanwi Mudrikah

Yanwi Mudrikah, Penyair ini dilahirkan di desa Darmakradenan, Ajibarang, Banyumas, 12 Agustus 1989. Cerpennya terdokumentasi dalam antologi Bukan Perempuan (STAIN Press, 2010). Sepuluh sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilar Penyair (Obsesi Press, 2011); duapuluh sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilarisme (Obsesi Press, 2012); dan Sembilan sajaknya terdokumentasi dalam antologi Pilar Puisi (Penerbit STAIN Press, Purwokerto, 2013).

Rahim Embun buku puisi tunggalnya, menghimpun 64 judul sajak, dengan kata pengantar Hanna Fransisca, dan kata penutup Dimas Indianto S (Penerbit Mitra Media, Yogyakarta, 2013). Menjadi Tulang Rusukmu, buku puisi keduanya yang menghimpun 41 judul sajak, dengan kata pengantar Nia Samsihono, dan Catatan Penutup Wahyu Budiantoro (STIMIK-AMIKOM Press, Purwokerto, 2016).
Penyair ini lulus Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) dari Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan lulus Magister Pendidikan (M.Pd.) dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Penyair ini juga berprofesi sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Diponegoro Purwokerto, sebagai Dosen Bahasa Indonesia di IAIN Purwokerto, dan sebagai Dosen Agama Islam di STIMIK-AMIKOM Purwokerto. E-mail: [email protected].

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

 

Related Posts

1 of 113