Lintas NusaTraveling

Masyarakat Watulimo Lestarikan Tradisi Labuh Laut Larung Sembonyo

NUSANTARANEWS.CO, Trenggalek – Kecamatan Watulimo,  Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur segera akan menggelar upacara adat Larung Sembonyo (Labuh Laut) tahun 2017. Rapat koordinasi untuk pergelaran upacara adat ini telah dilakukan pihak-pihak terkait seperti Camat Watulimo Retno Wahyudianto beserta 40 tamu undangan.

Rapat Koordinasi dalam rangka pelaksanaan Upacara Adat Larung Sembonyo (Labuh Laut) 2017 dilaksanakan pada Senin (17/7) kemarin di Aula Kantor Kecamatan Watulimo.

Selain dihadiri Camat Watulimo, hadir pula dalam rapat tersebut Pelda Sunardi (Bati Tuud Koramil 0806/07 Watulimo), Pelda Mujib Fauzan (Danpos AL Watulimo), Bribka Maryanto (Danpos Polairud Watulimo), Akhmad Sahir (Maneger Perikanan Indonesia Kawasan Pelabuhan), Perwakilan Unit Dinas Instansi  Watulimo, Perwakilan Kepala Desa Watulimo, Nurkawit (Ketua Umum Panitia Labuh Laut Larung Sembonyo  2017),  Bambang (Sekertaris 1 Panitia Labuh Laut Larung Sembonyo 2017) dan tamu undangan.

“Selamat datang kepada seluruh tamu undangan yang hadir pada acara ini. Untuk rencana Upacara Labuh Laut Larung Sembonyo dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2017. Upacara ini adalah hajat nelayan untuk nelayan, yang mana mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan YME. Larung Sembonyo juga merupakan Seni Budaya untuk menarik para wisatawan yang harus dijaga kelestariannya,” ujar Camat Watulimo Retno Wahyudiyanto saat memberikan sambutan.

Baca Juga:  123 Jamaah Selesai Mengikuti Manasik IPHI Kota Banda Aceh

Sekadar informasi, Labuh Laut Larung Sembonyo adalah upacara adat perwujudan rasa syukur nelayan terhadapn tangkapan ikan yang melimpah sekaligus doa keselamatan bagi para nelayan ketika mereka melaut. Labuh Laut Larung Sembonyo ini merupakan budaya yang dilestarikan masyarakat yang lahir dari hikayat (mitos) yang sudah sejak lama diyakini dan dipercaya masyarakat.

Mengutip humassetda.trenggalekkab.go.id, hikayat ini menceritakan tentang awal dibukanya kawasan atau babad alas teluk Prigi, yang menjadi cikal bakal atau asal usul adanya upacara Larung sembonyo. Masyarakat meyakini bahwasanya tradisi yang biasa dilakukan pada Senin Kliwon bulan Selo penanggalan jawa ini merupakan adat budaya yang harus dilestarikan. Akan ada yang kurang dan bila tradisi ini ditinggalkan. Upacara adat Larung Sembonyo ini dilakukan oleh masyarakat nelayan dan petani utamanya bagi nelayan yang menggantungkan hidupnya di Teluk Prigi dalam penghormatan pada leluhur yang telah membuka atau babad alas teluk ini yaitu Tumenggung Yudho Negoro dan empat saudaranya. Diyakini bila upacara ini ditinggalkan akan muncul kekhawatiran adanya gangguan di laut, dan kesulitan menangkap ikan.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

“Ucapan terima kasih kepada Muspika Kec. Watulimo dan jajarannya serta seluruh tamu undangan yang hadir pada acara ini. Dalam Upacara Adat Labuh Laut Larung Sembonyo nanti kami sebagai Ketua Panitia  Sembonyo hanya terfokus pada acara ritual saja, namun kami tidak terlepas dari seluruh kegiatan nanti ,” kata Nurkawit, Panitia Labuh Laut Larung Sembonyo.

“Kami mengharapkan adanya seluruh partisipasi dari Kepala Desa se Kec. Watulimo agar terlaksananya giat upacara nanti. Karena upacara ini milik seluruh warga se-Kec. Watulimo dan harus dijaga kelestariannya,” ucap Nurkawit.

Pewarta: Ahmad Rantelino
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

No Content Available