Puisi

Malin Kundang dan Kisah-kisah dari Batas Mimpi – Puisi Nur Ahmad Fauzi FM

Kisah-kisah dari Batas Mimpi

I
sudah berapa kisah kita jejakkan di batas mimpi dengan
derap kaki kuda dan gerimis tipis?
masih tersirat juga dalam benak: ada sejarah yang kabur
tak terbaca sebab terlipat dalam kabut, juga keajaiban
dongeng masa kecil yang begitu sukar dipagut.

: barangkali kita perlu memahat jejak dengan jarum jam,
untuk sekedar menggurat detail peristiwa yang
begitu sering disamarkan angin.

II
sudah sejauh mana kita lalui batas-batas mimpi
dengan kisah-kisah klise yang menjemukan?
tersirat juga dalam benak: perlukah kita memutar
arah ke dalam jurang, untuk memburu lembaran-
lembaran rahasia yang tak terceritakan?

: barangkali tidak, sebab di batas mimpi tanah masih
menawarkan jalanan panjang. dan hanya dari sini
cakrawala tampak membentang.

III
maka kita jejakkan kembali kisah-kisah dengan
derap kaki kuda, gerimis tipis dan jarum jam.
sesekali juga kita warnai dengan getah bianglala
yang dicomot dari percik gerimis.

tapi ketika percik gerimis itu menyentuh akar-akar
pohon di tikungan jalan, akar-akar pohon itu rupanya
juga mengisyaratkan musim yang hijau selain tanah
yang menawarkan jalanan panjang.

: barangkali kita perlu istirah sebentar, meneduhkan gairah.
sebab terlampau lelah menjejakkan kisah baru yang selalu
patah setelah terpisah dari sejarah.

IV
di batas mimpi yang mana baiknya kita sudahi kisah ini?
barangkali kita perlu berbalik arah ke titik silam; membaca
dari awal kisah-kisah yang kita jejakkan, sambil memugar
kata-kata yang sempat retak dan terserak menjadi kuntum bebunga.
kelak di ujung pasrah akan kita cium wangi sejarah yang
baru terlahir dari keajaiban watak kekanak-kanakan kita.

lalu kita pun menjelma debu
yang diterbangkan derap kaki kuda
dihanyutkan gerimis tipis
dikekalkan jarum jam
: mendetak
dalam silsilah musim yang rindang!

Banjarmasin, 3-4 Juni 2016

Pada Gelombang Nafasmu Kulayarkan Matahari

dalam dengkur yang renyai, arus mimpi menepi ke palung sepi.

malam terlanjur lebam di kakilangit matamu;
bias pelangi kuyup dan mengelabu
larut dan hanyut ke redup bulan gerhana.

lewat kedip asa, kulayarkan matahari ke gelombang nafasmu,
agar segala kehitaman mencair dalam cahaya
agar segala gelisah mimpi menguap ke ubun langit.

dan kusisipkan pula bibit-bibit fajar pada buih-buih kata,
agar serpihan gelap yang nyangsang di sela karang menepi
ke pesisir kenangan – meski menjelma asin airmata
ketika gelombangmu lindap ke dermaga silam,
tempat luka purba semayam.

Banjarmasin, 8 & 10 April 2016

Malin Kundang

bu, jika aku malin kundang
mungkin aku akan kaukutuk menjadi polisi tidur;
sebagai undak-undakan kenangan luka
bagi perjalanan airmata rindumu.

Banjarmasin, 14 September 2016

*Nur Ahmad Fauzi FM (nama pena dari Ahmad Fauzi), lahir di Banjarmasin, 28 Juni 1999. Saat ini tengah bersekolah di SMA Negeri 1 Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dapat dihubungi via facebook: Ahmad Fauzy Mwam Falilv.

Related Posts

1 of 124