PolitikTerbaru

Macron Bujuk Inggris Kembali ke Pelukan Uni Eropa

(Foto: Stephane de Sakutin/Getty)

NUSANTARANEWS.CO, Paris – Setelah referendum Britain Exit (Brexit) digelar, Perdana Menteri Inggris Theresa May langsung angkat suara. Katanya, Brexit ya Brexit. Kampanye telah diperjuangkan, voting telah dilaksanakan, dan publik telah memutuskan. Tidak boleh ada upaya untuk terus berada di UE, baik melalui pintu belakang atau referendum kedua.

Berkat Brexit, May kini tercatat sebagai perdana menteri wanita kedua Inggris setelah Margaret Thatcher pada usia 59 tahun.

Brexit sendiri digelar pada 23 Juni 2016. David Cameron mengundurkan diri pasca referendum, May tampil sebagai pengganti. May juga sudah menandatangani surat bersejarah untuk memulai proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Keteguhan May sebagai PM Inggris kini terus diuji. Terbaru, Presiden baru Perancis Emmanuel Macron mengatakan kepada May bahwa pintu Uni Eropa tetap terbuka untuk Inggris.

“Tentu saja pintunya tetap terbuka, selalu terbuka sampai negosiasi Brexit berakhir,” tegas Macron saat ditanya apakah Inggris masih bisa kembali ke UE.

Baca Juga:  Politisi Asal Sumenep, MH. Said Abdullah, Ungguli Kekayaan Presiden Jokowi: Analisis LHKPN 2022 dan Prestasi Politik Terkini

Macron berharap, Inggris mengubah pikirannya tentang Brexit. Hal itu ditegaskannya setelah melakukan pembicaraan dengan May di Paris.

Bagi Presiden berusia 39 tahun itu, keputusan Inggris tidak perlu dipertanyakan lagi. “Begitu negosiasi dimulai, kita harus sadar bahwa akan lebih sulit untuk mundur,” ucapnya.

Di samping itu, Perdana Menteri Inggris menghindari sebuah pertanyaan tentang apakah dia akan melunak dan mengalah terkait Brexit setelah kemundurannya dalam sebuah pemilihan. May tetap bersikeras bahwa Brexit merupakan bentuk kesatuan tujuan Inggris untuk keluar dari UE.

May juga menolak untuk menanggapi peringatan John Major tentang bahaya kekerasan yang kembali terjadi Irlandia Utara jika dia melakukan kesepakatan dengan Partai Unionis Demokratik untuk mendukungnya di Parlemen.

“Saya mengkonfirmasi kepada Presiden Macron bahwa jadwal untuk negosiasi Brexit tetap pada jalur dan akan dimulai minggu depan,” kata dia.

Namun, di Brussels, dilaporkan bahwa delegasi Inggris tidak dapat mengatakan kapan perundingan dimulai saat diminta untuk melakukannya oleh Michael Barnier, kepala perunding Brexit dari Komisi Eropa.

Baca Juga:  Catatan Kritis terhadap Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2024

Mengenai apakah persyaratan Brexit sekarang akan berubah, Perdana Menteri hanya mengatakan: “Saya pikir ada satu kesatuan tujuan di antara orang-orang di Inggris Raya,” katanya.

“Ini adalah satu kesatuan tujuan, setelah memilih untuk meninggalkan Uni Eropa, bahwa pemerintah melanjutkannya dan berhasil, dan kami berkomitmen untuk mengembangkan kemitraan yang dalam dan khusus dengan Uni Eropa,” tegas May.

Menteri Keuangan Jerman, Wolfgang Schäuble mengatakan sebuah pernyataan senada dengan Macron perihal Brexit. “Pintu tetap terbuka,” kata dia.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV, Schäuble mengatakan: “Pemerintah Inggris telah mengatakan bahwa mereka tetap konsisten dengan Brexit. Kami mengambil keputusan sebagai masalah penghormatan. Tapi jika mereka ingin mengubah keputusan mereka, tentu saja, mereka akan menemukan pintu terbuka. ”

Di Irlandia Utara, May menegaskan bahwa pemerintahnya benar-benar teguh atas komitmennya terhadap proses perdamaian Irlandia setelah intervensi dramatis Sir John, memperingatkan bahwa aliansi DUP-Tory akan membuat kesepakatan yang rapuh.

Baca Juga:  Ketum Gernas GNPP Prabowo Gibran Deklarasikan Pemilu Damai Jaga NKRI Bersama 163 Komunitas Relawan

“Kami terus bekerja dengan semua partai di Irlandia Utara dan Republik Irlandia untuk memastikan bahwa kami dapat terus menerapkan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kesepakatan tersebut,” katanya.

“Apa yang kami lakukan sehubungan dengan pembicaraan produktif yang kami pegang dengan Partai Unionis Demokratik memastikan bahwa memungkinkan, dengan dukungan mereka, memberi stabilitas kepada Pemerintah Inggris yang saya pikir perlu dalam hal ini,” lanjutnya.

“Kami berdiri pada saat yang kritis dengan negosiasi Brexit yang baru dimulai minggu depan. Saya pikir stabilitas itu penting. Kami telah bekerja sebagai partai dengan DUP sebelumnya dan itu adalah pembicaraan produktif. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kami memiliki stabilitas Pemerintah untuk kepentingan nasional,” sambung May. (ed)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 5