EkonomiPolitik

Ledakan Penduduk dan Arti Penting Proyek Belt and Road bagi Cina

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ledakan jumlah penduduk Cina memaksa pemerintahannya bekerja keras untuk membuat langkah strategis mencari ruang hidup demi kesejahteraan warganya. Cina memang terkenal dengan populasi penduduknya terbanyak di seantero dunia, yakni 1.379.150.000 jiwa atau 18,8 persen penduduk bumi. Dengan jumlah sebanyak itu, menjadikan Cina menduduki peringkat nomor wahid untuk jumlah populasi penduduk terbanyak di dunia.

Salah satu strategi terbaru Cina untuk mengatasi ledakan jumlah penduduk dengan membuat inisiatif One Belt One Road (Jalur Sutra Abad 21). Proyek raksasa ini bukan semata persoalan jalur perdagangan dan ekonomi, tetapi lebih dari sekadar itu. Cina hendak memindahkan kegiatan produksinya ke luar negeri dengan menciptakan koridor ekonomi skala global yang membentang lebih dari 60 negara. Salah satu tujuannya ingin membantu negara lain dengan membangun basis industri. Sehingga, tak heran Cina sangat agresif menginvestasikan uangnya untuk pembangunan industri dan infrastktur di banyak negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga:  Menangkan Golkar dan Prabowo-Gibran di Jawa Timur, Sarmuji Layak Jadi Menteri

Presiden Cina, Xi Jinping telah mencanangkan The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road. Dan dalam 5 tahun ke depan, investasi Cina ke luar negeri akan mencapai US$ 1,25 triliun. Baca: Mewaspadai Proyek Jalur Sutra Maritim

Untuk itu, negara-negara yang menjalin kesepakatan kerjasama pembangunan infrastuktur mestinya tidak heran mengapa pekerja asal Cina membanjir di sejumlah proyek besar yang tengah dibangun. Di Indonesia, pekerja Cina diperkirakan akan masuk sedikitnya 10 juta orang. Dengan kekuatan uang, Cina bisa menggusur rakyat disepanjang jalur kereta cepat dengan alasan keamanan. Bahkan bisa membangun Mega City untuk memindahkan rakyatnya ke Indonesia. Demikian pula dengan masuknya tenaga kerja Cina, bukan saja merugikan pribumi asli, tapi juga mengancam eksistensi pribumi keturunan. Bila bangsa Indonesia tidak hati-hati, bisa jadi pekerja Cina yang masuk tidak perlu turun tangan untuk menghabisi pribumi keturunan, karena dengan politik adu domba, sangat mudah menimbulkan kerusuhan anti Cina di tanah air. Akademisi Jepang Masako Kuranishi pernah mengingatkan Indonesia tentang potensi ini.

Baca Juga:  DPC PDIP Nunukan Buka Penjaringan Bakal Calon Kepala Daerah Untuk Pilkada Serentak 2024

Baca: Mencermati Jalur Sutera Maritim Abad 21

Skema serupa juga akan berlangsung di negara-negara lainnya di dunia. Forum Belt and Road for International Cooperation di Beijing 14-15 Mei 2017 menjadi ajang keseriusan Cina membangun Jalur Sutra Abad 21. Jalur kuno bersejarah ini membentang dari Cina, melewati negara-negara Islam, dan berakhir di Barat. Ada kekhawatiran terkait hubungan Cina dan Timur Tengah. Sebab, sejak 2010 Timur Tengah terus dilanda konflik (Arab Spring). Namun, eratnya hubungan Cina-Arab Saudi dan Cina-Pakistan perlahan tapi pasti Xi ingin Cina ikut terlibat dalam misi perdamaian di tanah Arab. Sebab, perdamaian merupakan kunci suksesnya Belt and Road di Timur Tengah.

Cina menegaskan, inisiatif Belt and Road memandang semua bangsa, semua budaya, semua orang dan semua peradaban setara. Sebuah semangat yang tercermin melalui konsultasi ekstensif, kontribusi bersama dan pernyataan tegas dan penyajian kembali bahwa manfaat yang akan diperoleh grand plan adalah keuntungan bersama. Sepanjang Belt and Road, interaksi tidak hanya meningkat dalam perdagangan dan investasi, tapi juga dalam budaya, pendidikan, sains dan teknologi, pariwisata dan bidang lainnya. Simak: Mencermati Proyek Jalur Sutra Maritim Abad 21

Baca Juga:  Silaturrahim Kebangsaan di Hambalang, Khofifah Sebut Jatim Jantung Kemenangan Prabowo-Gibran

Belt and Road adalah jalan menuju komunitas masa depan bersama bagi umat manusia. Rasa kebersamaan dan sharing yang disampaikan oleh masyarakat adalah blok bangunan dari sebuah dunia yang harmonis dalam keragaman. (ed)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,051