Inspirasi

Keunikan Masyarakat Timur Tengah Posisikan Sastrawan

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Bila dibandingkan, iklim literasi di Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah, menurut pakar kajian Timur Tengah Ibnu Burdah secara spisifik tidak ada perbedaan mencolok. Meski demikian, kata dia, jika ditinjau dari sisi karya, para penulis di Timur Tengah justru lebih produktif.

“Hanya saja penulis Timteng (Timur Tengah) itu cenderung sangat produktif,” ujar Ibnu Burdah saat dikonfirmasi redaksi Nusantaranews.

Pengajar pasca sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menilai di Timur Tengah para penulis tidak begitu peduli dengan hak cipta mereka. Artinya, penerbit bebas menerbitkan karya-karya mereka. Sekalipun, lanjut Ibnu Burdah, itu tidak berlaku bagi semua penulis di sana.

“Mereka tidak terlalu perhatian dengan hak cipta, kendati tentu tak semuanya. Ya tapi itu gak bisa digeneralisir,” tegasnya.

Masyarakat Timur Tengah memiliki keunikan tersendiri dalam mengapresiasi terhadap penulis. Bahkan menurutnya, kedudukan seorang penulis sastra khususnya penyair memiliki posisi yang tinggi.

“Posisi (kedudukan) penulis sastra sangat tinggi di masyarakat, tetutama penyair. Kalau dalam ma’rodh atau pameran buku, gambar-gambar sastrawan dipampang besar-besar. Mereka sangat bangga dengan sastrawan-sastrawannya,” sambung dia.

Alasan mengapa mereka bangga terhadap para sastrawan, sebab para sastrawan disana mampu menulis sebuah yang bisa mewakili perasaan kolektif mereka.  Sehingga dalam tataran sosial, sastrawan memiliki peran tersendiri dalam masyarakat.

“Ya mewakili perasaan kolektif mereka. Sejarahnya memang sastrawan memiliki fungsi sosial penting seperti pembakar semangat saat perang,” terangnya.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 7