Inspirasi

Ketua Ikatan Alumni PP Salafiyah Pati: Madrasah Diniyah Bukan Seperti Kursus

Siswa-siswi belajar/Ilustrasi/Foto: Edunews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy menyatakan akan tetap melanjutkan rencana penerapan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang hari sekolah pada tahun ajaran baru 2017/2018.

Saat ini pihak Kemendikbud sedang menunggu terbitnya Pepres yang akan menjadi payung hukum setelah Permendikbud sempat dibatalkan oleh Presiden Jokowi.

“Tetap jalan (aturan lima hari sekolah), sambil nunggu terbitnya Perpres toh. Jadi, nanti kalau Perpres terbit, Permennya ini dinyatakan tidak berlaku lagi,” ungkap Muhadjir, Selasa (19/6.

Muhadjir melanjutkan, tim pokja dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah melakukan penggodokan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis bagi Permen Nomor 23 Tahun 2017 tersebut.

“Sekarang dikerjakan tim Kemendikbud dan Kemenag, termasuk sosialisasi jalan terus,” imbuhnya

Sementara itu, Ketua Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Kajen, Pati, Syaiful Bahri Anshori meminta kebijakan Mendikbud tentang sekolah lima hari ini harus di diskusikan secara matang dengan setiap kementerian, dan lembaga terkait agar tidak memunculkan polemik dan perdebatan di masyarakat.

“Pemerintah, dalam hal ini Jokowi, Mendikbud, Menag dan lembaga terkait lainya harus duduk bersama dalam menyelesaikan persoalan ini. Jangan sampai ada elit politik yang statment-nya malah memperkeruh keadaan,” Katanya

Beberapa kalangan menganggap bahwa pro kontra yang terjadi di asosiasikan antara NU dengan Muhammadiyah. Jika dilihat, NU adalah organisasi yang menolak keras rencana penerapan sekolah lima hari karena mengancam keberadaan madrasah diniyah Sedangkan Muhammadiyah merasa aneh dengan pihak yang menolak penerapan sekolah lima hari dan menganggap madrasah diniyah layaknya kursus bahasa Inggris di sore hari.

Anggota DPR RI itu menyangkal anggapan madrasah diniyah seperti halnya kursus. Menurutnya madrasah diniyah mengajarkan tentang moralitas agama, pembentukan karakter, dan semangat nasionalisme yang tinggi.

“Madrasah diniyah membentuk karakter anak melalui pendidikan agama. Maka dari itu agar persoalan ini tidak melebar kemana- mana, Saya berharap terjadi dialog, saling bertabayun, muhasabah antara NU dan Muhammadiyah,” pungkasnya

Reporter: Ucok Al Ayubbi
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 32