KesehatanPeristiwa

Kendalikan Penyakit Hewan, Kementan Gandeng FAO Luncurkan PELVI

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam rangka pengendalian penyakit hewan di Indonesia, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) PBB meluncurkan Program Epidemiologi Lapangan untuk Veteriner Indonesia (PELVI).

“Program PELVI ini bertujuan untuk menyediakan sumber daya epidemiologi veteriner lapangan yang kompeten dan dapat bekerjasama dengan pemilik hewan guna menyelidiki, menganalisis, dan melaporkan jika ada temuan wabah penyakit hewan di lapangan,” ungkap Fadjar Sumping selaku Direktur Kesehatan Hewan yang mewakili Direktur Jenderal PKH seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Nusantaranews, Jakarta, Jum’at (2/6/2017).

Menurut Fadjar, penyakit hewan merupakan salah satu ancaman yang harus dikendalikan dan diberantas dalam rangka memajukan industri peternakan di Indonesia. Penyakit hewan tidak bisa disepelekan karena kerugian ekonomi yang ditimbulkannya cukup banyak jika tidak dikendalikan.

Lebih lanjut, Fadjar menyampaikan, dalam pengendalian penyakit hewan di Indonesia juga menghadapi tantangan, baik dari sisi geografis maupun demografis yang sangat kompleks.

“Untuk itu, diperlukan kapasitas sumber daya manusia yang kompeten di bidang epidemiologi lapangan dan kapasitas diagnostik laboratorium, sehingga tindakan dalam pengendalian penyakit hewan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat,” ujarnya.

Baca Juga:  Tim SAR Temukan Titik Bangkai Pesawat Smart Aviation Yang Hilang Kontak di Nunukan

Fadjar menjelaskan, PELVI merupakan pendekatan yang paling tepat dan efektif untuk meningkatkan kapasitas epidemiologi veteriner yang sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Di kawasan Asia dan Pasifik, Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan untuk Dokter Hewan telah didirikan di Department of Livestock Development (DLD) Thailand dengan dukungan dari FAO Regional Asia Pacific.

Sejak 2009, lanjut Fadjar, Indonesia telah ikut serta dalam program pelatihan tersebut, sehingga saat ini di Indonesia mempunyai 5 alumni yang telah mengikuti program pelatihan tersebut, serta 1 orang dokter hewan yang masih berada dalam program pelatihan.

Indonesia telah menyelenggarakan Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan di bidang kesehatan (manusia) yang didirikan sejak tahun 1982. Program tersebut merupakan program pelatihan bergelar Master yang diselenggarakan di Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, serta dikoordinasikan oleh Sekretariat Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan Indonesia. Sedangkan PELVI diinisiasi sejak tahun 2009 didukung oleh FAO Indonesia dan baru diimplementasikan tahun 2017 saat ini.

Sebagai implementasi tahap awal, Program PELVI akan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan di Universitas Gadjah Mada yang telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan Pelatihan Epidemiologi Lapangan Indonesia untuk kesehatan manusia.

Baca Juga:  Diduga Pengemudi Mabuk, Mobil Avanza Seruduk Warung Bakso, Satu Orang Meninggal

Lebih lanjut, Fadjar juga menyampaikan bahwa PELVI akan mendukung peningkatan kesehatan masyarakat melalui kesehatan hewan yang dilakukan dengan menerapkan ilmu berbasis bukti secara objektif. Misi dari Program PELVI adalah menciptakan tenaga kesehatan hewan dengan kemampuan epidemiologi lapangan melalui pendidikan berbasis praktek keterampilan (skill-based training), dan menyediakan tenaga kesehatan hewan yang mandiri dan mampu memberikan keputusan berdasarkan bukti lapangan untuk memberikan dampak positif pada perekonomian, komunitas, pertanian yang diperoleh dari peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman kerja dari dokter hewan pemerintah.

Sedangkan sasaran Program PELVI yaitu memperluas pengetahuan dan penggunaan pendekatan multi disiplin dalam epidemiologi penyakit dan ekologi yang mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, menjembatani kesenjangan dalam menstandarisasi metodologi untuk pengambilan data termasuk percobaan dan investigasi lapangan (kajian) termasuk bagaimana kajian tersebut dirancang dan dilaksanakan, dan juga untuk meningkatkan pengetahuan dan aplikasi analisis risiko dalam surveilans dan pengendalian penyakit hewan.

“Untuk itu kita harapkan peternak dan masyarakat, apabila terjadi permasalahan dalam beternak, terutama ditemukannya indikasi penyakit, jangan segan-segan untuk mencari pertolongan kepada petugas lapangan atau dokter hewan yang terdekat atau dengan melaporkan setiap kejadian penyakit melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS).  Selain itu juga diharapkan peternak dapat memelihara ternak dengan tatacara dan biosekuriti yang baik, juga memperhatikan kualitas pakan dan ikut mengendalikan penyakit, sehingga ternaknya menjadi sehat dan produktif,” kata Fadjar.

Baca Juga:  Ar-Raudah sebagai Mercusuar TB Simatupang

Sementara itu, perwakilan dari FAO ECTAD Indonesia Dr. Luuk Schoonman, mengatakan bahwa PELVI ini didukung oleh FAO ECTAD Indonesia, setelah sebelumnya FAO Regional Asia dan Pasifik mendukung Program Epidiomologi Lapangan untuk wilayah regional Asia dan Pasifik diThailand.

“Program ini dimaksudkan untuk menguatkan kapasitas sumberdaya Veteriner di Indonesia dengan pembiayaan dari proyek Emerging Pandemic Threat (EPT 2),” ungkapnya.

Luuk juga menyampaikan, dalam PELVI ini juga ada kolaborasi antara kesehatan hewan dan kesehatan manusia. Mengingat Indonesia negara besar dan punya potensi besar dalam mencapai swasembada pangan, sehingga harus fokus juga dalam pengendalian penyakit yang menjadi ancaman terhadap perkembangan industri peternakan.

Pewarta: DM/Rudi Niwarta
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 21