Politik

Kenapa Kepolisian Dijadikan Laiknya Predator Oleh Teroris?

NUSANTARANEWS.CO, JakartaInd Police Wacth menilai bahwa Hari Bhayangkara 2017 ini diwarnai duka yang dalam. Pasalnya, Teroris berhasil memberikan kado hitam buat Polri dan menjadikan anggota Polri sebagai bulan-bulanan serta target serangan teror.

“Setelah bom Kampung Melayu yang menewaskan 3 polisi, teroris kembali menyerang polisi di markas Polda Sumut dan di mesjid di depan Mabes Polri beberapa jam menjelang Hari Bhayangkara 2017. Sepertinya para teroris hendak membuat perang terbuka dengan Polri,” terang  Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane dalam keterangan tertulisnya yang diterima Nusantaranews.co, Selasa, 4 Juli 2017.

Tragisnya, kata Neta, dengan senjata seadanya para teroris nekat menyerang anggota polisi yang bersenjata lengkap di sekitar markasnya. Bagaimana pun teroris menjadi musuh utama Polri di Hari Bhayangkara 2017.

“Polri harus mampu membangun dan menegakkan citranya, citra yang profesional hingga jajaran kepolisian disegani semua pihak, terutama kalangan teroris. Kenapa kalangan kepolisian dengan mudah dijadikan seperti predator dan bulan bulanan oleh teroris hingga teroris nekat menyerang ke markas kepolisian walau hanya dgn sebilah pisau dapur?,” ujarnya.

Baca Juga:  Pleno Perolehan Suara Caleg DPRD Kabupaten Nunukan, Ini Nama Yang Lolos Menempati Kursi Dewan

Menurut Neta, hal itu dikarenakan Polri tidak berwibawa. Sehingga tidak disegani lagi, terutama oleh kalangan teroris. Bisa jadi hal ini disebabkan, sejak beberapa tahun lalu polisi terlalu agresif melakukan eksekusi mati terhadap para teroris di lapangan. Hal ini ternyata tidak membuat teroris takut, malah makin super nekat dan menerapkan prinsif “nyawa dibayar nyawa”.

“Dari berbagai kasus serangan ini IPW berharap Polri melakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga pada Hari Bhayangkara 2017 ini bisa melakukan konsolidasi agar ke depan jajaran Polri benar benar bekerja profesional, proporsional dan independen sehingga Polri disegani semua pihak, terutama kalangan teroris. Catatan penting bagi Polri di Hari Bhayangkara 2017 ini adalah jajaran kepolisian harus mengevaluasi, kenapa teroris makin super nekat melakukan perang terbuka terhadap Polri meski hanya dgn sebilah pisau dapur,” harap Neta.

Neta manambahkan, kasus penyerangan ini semakin menunjukkan bahwa sistem penumpasan terorisme selama ini sesungguhnya tidak berhasil. Begitu juga konsep radikalisasi yg digalang pemerintah selama ini, gagal total. Terbukti terorisme bukannya lenyap dari indonesia tapi para teroris malah makin super nekat. Di Hari Bhayangkara 2017 ini, katanya, penanganan kasus-kasus serangan terhadap polisi perlu menjadi fokus utama bagi Polri untuk menyelesaikannya, agar tidak terulang terus menerus.

Baca Juga:  Menangkan Golkar dan Prabowo-Gibran di Jawa Timur, Sarmuji Layak Jadi Menteri

“Jika serangan ini terus terulang jajaran kepolisian tidak bisa fokus untuk menangani tugas tugas lain dalam melindungi, mengayomi, melayani dan melakukan penegakan hukum di masyarakat. Aparat kepolisian di lapangan akan trauma dgn berbagai kekhawatiran tersendiri terhadap kemungkinan diserang teroris,” kata dia.

Meskipun, lanjut Neta,  jajaran Polri mengatakan “kami tidak takut” tapi masyarakat yang cemas terhadap sistem keamanan yang dibangun Polri. Masyarakat makin tidak percaya pada Polri. Masyarakat akan menuding bagaimana Polri bisa melindungi masyarakat wong melindungi dirinya sendiri saja di markasnya tidak mampu. Untuk itu krisis kepercayaan masyarakat ini jangan sampai berkembang luas. Polri harus segera melakukan konsolidasi dan evaluasi agar Polri makin disegani semua pihak dan tdk dilecehkan, apalagi menjadi bulan-bulanan teroris yang bersenjatakan pisau dapur.

“Dalam konsolidasi dan evaluasi itu, Polri harus menekankan semua jajarannya agar senantiasa bekerja profesional, proporsional dan independen, terutama jajaran yang bersentuhan dgn terorisme,  seperti bimas, intelijen, densus 88 dll. Selain mengevaluasi semua hasil kerja selama ini, polri juga hrs mencari tahu siapa sesungguhnya otak serangan itu. Apakah meluasnya aksi serangan super nekat para teroris ini berkaitan dgn sedang dibahasnya RUU Terorisme di DPR. Penyelesaian kasus-kasus serangan ini harus dilakukan agar Polri bisa fokus menyelesaikan tugas tugasnya dlm melindungi dan menjaga keamanan masyarakat. Jika dibiarkan, berbagai kasus serangan ini akan mereduksi semua prestasi Polri selama ini,” tutup Neta.

Baca Juga:  Pemdes Pragaan Daya Membuat Terobosan Baru: Pengurusan KTP dan KK Kini Bisa Dilakukan di Balai Desa

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 33