Berita UtamaPeristiwa

Kaum Terdidik Jawaban Untuk Kebangkitan Indonesia

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, mengungkapkan bahwa lahirnya Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dimulai dengan kepedulian terkait masalah pendidikan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan diiringi dengan upaya menghidupkan ekonomi yang mandiri.

Menurutnya, kebangkitan nasional ini merupakan hasil kerja bahu membahu dengan penuh kebersamaan dari seluruh elemen bangsa.

“Kebangkitan nasional Indonesia adalah hasil dari kebersamaan,” ungkapnya dalam seminar nasional kebangsaan bertema ‘Pendidikan Pilar Kekuatan Bangsa’ di Kampus BSI Kalimalang, Jakarta, Sabtu (20/5/2017).

Ia menjelaskan, lahirnya organisasi kepemudaan Boedi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi awal mula diperingatinya Harkitnas. Ketika itu, para mahasiswa Stovia menyadari tentang pentingnya kualitas SDM, sehingga mengubah dari perjuangan fisik menjadi perjuangan melalui jalur pendidikan.

“Sebelumnya Kebangkitan Nasional melalui jalur pendidikan telah dirintis organisasi Jamiatul Khair pada 1901 dan melalui kebangkitan ekonomi dengan didirikannya Serikat Dagang Islam oleh H. Samanhudi pada tahun 1904,” ujarnya.

Baca Juga:  Marthin Billa Kembali Lolos Sebagai Anggota DPD RI di Pemilu 2024

Kebangkitan Nasional, lanjut Nur Wahid, merupakan kontribusi berkelanjutan mulai dari tahun 1908, kemudian Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Pancasila, UUD 1945 pada 18 Agustus 1945.

“Kebangkitan Nasional Indonesia adalah kebersamaan. Kebersamaan yang menghasilkan kesepakatan Proklamasi, Pancasila, UUD 1945. Kebersamaan ini perlu diapresiasi,” paparnya.

Kaum terdidik dan terpelajar seperti Bung Karno, Muhammad Natsir dan anggota BPUPKI yang telah menyepakati Pancasila, UUD 1945, menurutnya, sangatlah memiliki peran penting dalam Kebangkitan Nasional. Pada masa kini, Nur Wahid menuturkan, peran kaum terdidik, terpelajar, dan masyarakat kampus perlu dimunculkan kembali seperti pada masa lalu.

“Kita perlu menghadirkan kembali kaum terdidik, terpelajar, dan masyarakat kampus untuk kebangkitan kembali Indonesia,” katanya.

Namun, ia mengakui, menghadirkan kaum terdidik dan terpelajar saat ini bukanlah perkara yang mudah. “Pertama, perlu keterlibatan negara. Contohnya dalam kepentingan pendidikan, pasal 31 ayat 4 yang menyebutkan negara memprioritaskan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD, untuk pendidikan nasional,” ujarnya.

Baca Juga:  Bencana Hidrometeorologi Incar Jawa Timur, Heri Romadhon: Masyarakat Waspadalah

Kedua, ia menambahkan, pemerintah juga harus menyediakan pendidikan yang memperkuat sila pertama Pancasila, yaitu manusia Indonesia yang unggul sekaligus memiliki moralitas yang tinggi, akhlak yang mulia, negarawan sehingga memberi harapan Indonesia yang lebih baik.

Reporter: DM/Rudi Niwarta
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 8