Hukum

Kasus Novel, ICW Sesalkan Sikap Pasif Pimpinan KPK

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Indonesian Corruption Watch (ICW) mempertanyakan sikap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ambigu dalam menindaklanjuti kasus teror fisik terhadap salah satu penyidiknya Novel Baswedan.

Peneliti ICW, Donal Fariz mengatakan sikap pimpinan KPK yang belum mau berjalan sendiri dan menyatakan masih menunggu polisi untuk mengungkap dalang penyerangan air keras terhadap penyidik seniornya itu tidak menunjukan loyalitas dan sikap membela organisasi yang clear.

“Menurut saya ini bukan sikap seorang leader pimpinan karena dualisme mereka,” tegasnya di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (21/5/2017).

Donal menyesalkan sikap mendua pimpinan KPK. Padahal seharusnya pimpinan berada di depan anggota-anggotanya yang lemah akibat diserang pihak lain.

“Karenanya kami mengkritik sikap pimpinan KPK yang mendua dan abu-abu dalam menyikapi upaya dorongan pihak eksternal membentuk TPF dalam kasus ini,” pungkasnya.

Sebelumnya Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengaku masih mempercayakan penanganan kasus Novel Baswedan kepada kepolisian. Meskipun sudah lebih dari satu bulan, kasus penyiraman air keras terhadap Novel ini bergulir tanpa ada kejelasan pelakunya.

Baca Juga:  UKW Gate Tak Tersentuh Media Nasional

Alasannya proses penyelidikan yang telah melewati satu bulan itu merupakan hal normal yang terjadi. Lagi pula penyelidikan memang tak menargetkan waktu. Sebab banyak kasus pidana umum lainnya yang memerlukan waktu lebih lama karena proses mengumpulkan bukti tidak mudah.

Bahkan, Alex mengaku di internal pimpinan belum ada pembahasan membentuk tim independen meskipun sudah mendapatkan desakan dari masyarakat.

Sebagau informasi, Novel merupakan penyidik KPK yang mendapatkan teror fisik berupa siraman air keras ke wajahnya. Teror tersebut terjadi usai Novel menjalankan ibadah shalat Subuh di Masjid sekitar rumahnya pada (11/4) silam.

Akibat kejadian tersebut mata bagian kiri dan kanan mengalami kerusakan. Kini Novel tengah menjalani perawatan secara intensif di salah satu RS yang ada di Singapura.

Reporter: Restu Fadilah
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 205