Ekonomi

Jokowi dan Puan Kompak Sebut Kemiskinan Menurun

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam pidato yang sampaikan oleh Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR, Jokowi mengatakan tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia tercatat mengalami penurunan. Jokowi menyebut pada Maret 2015 lalu jumlah orang miskin sebesar 28,59 juta orang, sedangkan pada Maret 2017 diprediksi menurun menjadi 27,77 juta orang.

Menanggapi hal itu, Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani mengamini pidato presiden Jokowi dalam sidang tahunan Majelis Permusyawartan Rakyat (MPR) RI tersebut. Dirinya mengklaim bahwa indek pembangunan manusia semakin meningkat.

“Memang betul apa yang disampaikan presiden bahwa dari tahun pertama sampai sekarang tahun ketiga, pemerintah itu terus meningkatkan dan berusaha mendistsribusikan semua kartu yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial walaupun itu memang masih banyak permasalahan,” kata Puan, Rabu (16/8/2017).

Puan optimis jika nanti program-program yang ia rencanakan akan tepat sasaran. “Kami optimis insyaallah bahwa semuanya itu semakin lama, dari tahun ke tahun akan semakin bermanfaat buat rakyat, tepat sasaran,” sambung Puan.

Baca Juga:  Harga Beras Meroket, Inilah Yang Harus Dilakukan Jawa Timur

“Kedepannya memang secara bertahap akan kami berubah menjadi bantuan non tunai sehingga itu lebih tepat sasaran dan langsung ke orang-orang yang berhak menerimanya,” lanjut dia.

Putri Megawati itu berharap indek pembangunan manusia terus mengalami peningkatan serta dibarengi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan penurunan jumlah kemiskinan. “Jadi semakin kedepan, kami berharap bahwa IPM (indek pembangunan manusia) terus meningkat, kemiskinan akan menurun dan tentu saja kesejahteraan rakyat berdasarkan dengan pemerataan kesejahteraan sosial itu memang bisa terlaksana,” ujarnya.

Dua lembaga riset Oxfam dan International NGO Forum on Indonesia Development (INFID) pada 23 Februari 2017 lalu merilis bahwa harta empat orang terkaya di Indonesia saat ini mencapai US$ 25 miliar atau setara Rp 333,8 triliun. Dengan kata lain, jurang antara mereka yang terkaya dengan yang termiskin di Indonesia ternyata besar. Pasalnya, hanya ada empat orang menguasai kekayaan yang sama dengan 100 juta warga miskin di Indonesia.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Akan Perjuangkan 334 Pokir Dalam SIPD 2025

Dalam laporannya, total kekayaan 100 juta penduduk miskin di Indonesia jika disatukan sebesar US$ 24 miliar atau sekitar Rp 320,3 triliun. Oxfam menyebut uang yang dihasilkan orang terkaya di Indonesia setiap tahunnya cukup untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di negara ini.

Sementara itu, merespon kesenjangan kemiskinan, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Prof. Sri Edi Swasono mengingatkan ketimpangam sosial yang sedang terjadi di Indonesia saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Menurutnya, ketimpangan sosial tersebut sudah mengarah pada kecemburuan terhadap etnis tertentu, dan sewaktu-waktu bisa menghadirkan chaos sosial.

“Karena itu harus ada upaya yang sungguh-sungguh dalam mengurangi kesenjangan sosial,” ujar dia saat menjadi pembicara dalam acara Simposium Nasional yang digelar oleh MPR RI di Senayan, Rabu (12/7/2017).

“Salah satu caranya adalah melibatkan masyarakat menjadi pelaku pembangunan. Tidak sebatas hanya sebagai obyek pembangunan, seperti yang terjadi selama ini,” sambungnya.

Dirinya menilai bahwa pemerintah hingga kini masih tetap melanjutkan kesalahnnya dalam mengentaskan kemiskinan di masyarakat. Dimana pemerintah saat ini tetap melakukan penggusuran terhadap orang miskin, dan tidak melakukan penggusuran terhadap kemiskinan.

Baca Juga:  Layak Dikaji Ulang, Kenaikan HPP GKP Masih Menjepit Petani di Jawa Timur

“Banyak orang miskin digusur, lalu mereka berpindah dengan membawa kemiskinannya. Mestinya orang-orang miskin yang tergusur itu diberikan saham atas apartemen-apartemen yang berdiri di atas bekas tanah mereka, sehingga bisa merasakan manfaat hadirnya apartenen tersebut,” terangnya.

Pewarta: Syaefuddin A
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 80