Inspirasi
Jathilan Tampilkan Wajah Seni Jalanan
Published
1 year agoon

NUSANTARANEWS.CO – Kebudayaan merupakan representasi dari wajah suatu peradaban. Di mana pun tempatnya, wajah kebudayaan akan mencerminkan aktifitas kehidupan manusianya. Tatkala melintasi di jalanan Kota Yogyakarta, khususnya di kawasan Ringroad Selatan, saat siang hari, sebuah tontonan kesenian disuguhkan kepada pengguna jalan raya.
Mereka tak lain adalah para pegiat seni jathilan. Di bawah lampu merah perempatan jalan raya, para seniman jathilan ini melenggak-lenggok dan berpacu dengan quick count rambu lalu lintas. Dengan mahirnya, tangan dan tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama dentuman suara yang keluar dari alat musik kenong (salah satu instrument gamelan).
Beranggotakan 3 personil, para seniman jathilan ini menerjang sengatan panas sinar matahari. Menggunakan kenong ala kadarnya, mereka bersolek diri dan memamerkan kemampuan mengolah gerak tubuh dan tangan. Selanjutnya, receh demi receh mereka punguti dari satu persatu pengemudi kendaraan jalan raya. Fenomena ini hampir setiap hari bisa ditemui di ruas-ruas jalan kota Yogyakarta. Ekspresi kesenian jathilan menunjukkan betapa kian beragamnya dinamika seni jalanan dewasa ini.
Pada dasarnya, jathilan bukanlah seni jalanan yang diumbar di bawah tiang lampu merah. Melainkan kesenian rakyat. Jathilan merupakan salah satu kesenian yang hidup dan mengakar kuat dalam aktifitas berseni masyarakat. Namun, persoalan hiduplah yang kemudian menyeret para pegiat seni jathilan ke jalanan. Arus deras modernisme dan minimnya penghargaan terhadap kesenian ini, mengakibatkan mereka harus turun jalan.
Kenyataan demikian, mungkin banyak dipahami sebagai salah satu fenomena sosial an sich. Karena bagaimanapun dinamika berkebudayaan manusia sejatinya saling mengkebiri (Benedict Anderson: 2001). Jathilan yang tak lain sebagai bentuk kesenian grees roots pun ikut merasakan bagaimana getirnya percaturan kebudayaan. Apalagi jathilan dalam konteks ini tak memiliki founding yang bisa menyokong eksistensi kesenian tersebut. Liang Gie pernah menuliskan tentang garis besar estetika (filsafat keindahan) yang memaparkan seni itu bersifat keabadian, artinya semakin lama kesenian itu berada maka masa apresiasinya semakin bernilai.
Teori yang dilontarkan Liang Gie rasanya kurang relevan bagi kesenian jathilan. Ini jika dikaitkan dengan paradigma materialisme. Nilai estika yang semestinya tak bisa dibeli dengan murah, justru kenyataanya para pegiat seni jathilan harus rela mengais receh demi receh dari jalanan. Persoalan kesenian jathilan sebagai ekspresi seni jalanan tak sepenuhnya salah. Namun, sudah menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat untuk memberi penghargaan yang lebih terhadap hasil karya seni di negeri ini.
M. Romandhon MK, Pemerhati Culture Studies, Alumni UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Komentar

Peredaran Miras Jenis Arjo Marak di Bumi Reog Ponorogo

Jika Ingin Jadi Negara Tangguh, Bumiputra Wajib Kuasai Sektor Kekuatan Indonesia

Hari Buku Sedunia: Media Sosial Menambah Runyam Segalanya!

Banyak Orang Alergi Istilah Pribumi, Marzuki Alie: Sebutan Itu Mulia, Bukan Hina

Jelang Pilkada, Polres Ponorogo Sukseskan Lomba Burung Berkicau Piala Kapolda Jatim 2018

ESDM Revisi Target, Regulasi Listrik Makin Tidak Menarik Bagi Investor

Gus Ipul Klaim Program Bosda Madin Ide Dirinya, DPRD Jatim: Itu Programnya Pakde Karwo

Perlakuan Tak Seimbang Antara Tionghoa dan Bumiputra Bisa Memperbesar Potensi Konflik Sosial

Pra Kongres Boemipoetra Nusantara, Prof Kaelan: Jangan Sampai Indonesia Benasib Seperti Singapura

Soal Puisi Kontroversial Sukmawati, Gus Sholah Sebut “Adzan” yang Jadi Masalah

Terbitkan Perpres No 20 Tahun 2018, Presiden Dinilai Panik

Terkait Pembelian Sukhoi, Rusia Mengucapkan Terima Kasih Kepada Indonesia Yang Berani Menghadapi Tekanan Amerika

Helikopter Tempur AH-64 Apache Berguguran Dalam Perang Yaman

Sejumlah Negara Kerahkan Peralatan Perang ke Suriah, Termasuk Tiongkok

Wantimpres Jadi Komisaris Lippo, BPS: Ada Apa?

Wakil Ketua DPR Ungkap Elite Goblok dan Bermental Maling yang Dimaksud Prabowo

Selalu Dituduh PKI, Jokowi Sebut PCNU Solo Punya Data Lengkap Tentang Profil Dirinya

AS, Inggris dan Perancis Telah Memulai Perang Dunia Ketiga

Ahok Pamer Desain Pengembangan Makam Mbah Priok

Bercocok Tanam di Dasar Laut? Ini dia pertanian masa depan

Trotoar dan Wajah Mantan Pabrik Kina Kota Bandung Bikin Susah Move-on

Mengintip Rahasia Donald Trump Lewat Kuas Seorang Kartunis

Koramil 0804/05 Poncol Bahu Membahu Dengan Masyarakat Benahi Pelengsengan

Ini Kondisi Kapal Zahro Express yang Terbakar

Peribadatan Natal di Jember Mendapat Pengamanan Total Dari Kodim 0824 dan Polres Jember

Kirab Budaya Dinsos Jogja Berlangsung Meriah

Pengantre Tiket Final AFF Kelelahan dan Pingsan Karena Cuaca Terik Berdesakan
Terpopuler
- Politik3 days ago
Konsep Revolusi Mental Jokowi Dinilai Lahirkan Karakter Lembek dan Cengeng
- Ekonomi1 day ago
Benarkah Pemerintah Berusaha Menyingkirkan Tenaga Kerja Lokal dari Tanah Tumpah Darahnya Sendiri?
- Politik6 days ago
Jaringan Islam Nusantara Mendukung Statemen Amien Rais
- Ekonomi6 days ago
Cina Enggan Kendorkan Investasi di Indonesia