Puisi

Hikayat Puisi dan Mimpi Menjadi Penyair – Puisi Rudi Santoso

HIKAYAH PUISI-PUISIKU

Disana aku telah mencatat banyak waktu

Kenangan yang menjadi cerita malam
Bahkan menjadi maut, hidup menjadi buram

Para nelayan yang menitip kematian pada laut dan ombak
Anak dan istri gelisah menunggu kedatangannya

Anak kecil mengamen di jalan
Ditinggal keluaga bahkan tidak punya tempat tinggal

Wakil rakyat penuh janji
Semua hanyalah ilusi

Loper koran sambil baca berita, tertawa
Sebab yang ia jual banyak berita tentang penangkapan KPK pada wakil rakyat
Mampus kau.!

Tong sampah hanya jadi pajangan di jalan
Seperti perhiasan wanita yang di perlihatkan

Beli odol buat sikat gigi
Tapi tetap sakit gigi

Yogyakarta, 2016

HEDONIS

Kota-kota penuh kecamuk
Pengemis antri di lampu merah
Loper koran asyik membaca berita tentang wakil rakyat yang terjera korupsi
Dikeluarkan dari jabatannya dikasih kartu merah
Anak-anak kecil ikut bapak-ibunya mengemis tak bisa melanjutkan sekolah
Menangis kelaparan, tidur menahan lelah

Ada yang menyeru di telingaku
Suara kelaparan dari anak kecil
Aku anak malang yang tak punya tempat tingal
Dilupakan tuan-puan
Sampaikanla lewat puisimu saudaraku
Jika mereka lewat di lampu merah dengan mobil dinasnya
Suruhlah aku kasih receh atau sisa makanannya
Akupun merasa bahagia

Aku menganga melihat mahasiswa baru
Mereka semua bergembira datang di kampus
Yang katanya
Kampus putih
Kampus rakyat
Kampus perlawanan
Berbegembira:
Seperti anak burung yang mendapat makanan
Seperti seorang ibu yang telah melahirkan
Seperti rindu yang disudahi dengan kecupan dikening kekasih
Sedangkan isi tasnya penuh dengan alat make up
Ratusan uang dihabisi untuk mengharumkan tubuhnya
Agar banyak lelaki yang melirik dan mengodanya
Nongkrong di teman kampus
Bercerita tentang kekasihnya yang tampan dan cantik
Mengejar nilai, dosen ditakuti, tunduk bagai pemuja
Rambut di modis ala boy band
Kaukah mahasiswa itu..?
Jika itu benar dirimu
Lihatlah kebelakang tentang perjalanan mahasiswa
Yang hidup mati untuk negeri mengepalkan tangan dijalan dan dari tulisan
Lihatlah dipundakmu rakyat menagis tersedu kepalaran tak punya tempat tingal

Yogyakarta, 2016

MIMPI MENJADI PENYAIR

Aku ingin menjadi penyair
Seperti D Zawawi Imrom
Penyair yang cukup terkenal dari pulau madura
Puisinya banyak dicintai banyak orang
Apalagi puisi tentang “IBU” yang dirindu oleh banyak penyair lainnya

Aku ingin menjadi penyair
Seperti alm Ws Rendra
Penyair yang yang di juluki Buruk Merak
Payair yang puisi-puisinya tidak pernah hilang dalam ingatan
Salah satunya “Sajak Pertemuan Mahasiswa”
Menjadi lakon penggerak untuk mahasiswa atas penindasan

Aku ingin menjadi penyair
Seperti Wiji Thukul
Melawan penindasan dengan puisi-puisinya
Puisinya menjadi kitab suci bagi mahasiswa pergerakan
Puisi tentang penindasan
Puisi pembelaan pada rakyat kecil
Kini dia hilang entah kemna
:Diculik Atau dibunuh
Masih menjadi teka-teki bagi keluarga, saudara, dan mahasiswa
Di judul puisi “Peringatan”nya
Ia menuliskan kata
:Hanya ada satu kata Lawan.

Aku ingin menjadi penyair
Seperti penyair-penyair yang terkenal
Dan mereka yang menyukai puisi dan masih belum diketahui banyak orang
Sebab dalam tubuhku
Puisi adalah doa
Puisi adalah ikhtiyar
Puisi adalah mantra
dan puisi adalah benruk kebaikan bagi penjahat

Yogyakarta, 2016

Rudi Santoro
Rudi Santoro

*Rudi Santoso, lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Sosiologi UIN Sunan Kalijaga. Beberapa puisinya termaktub dalam Sajak Kita (GemaMedia2015), Secangkir Kopi (2014), dan Surat untuk Kawanan Berdasi (2016), antologi cerpen muda Indonesia (Gema Media 2015), dan beberapa puisinya telah terbit diberbagai media cetak lokal dan nasional. Saat ini sedang merampungkan buku antologi puisi tunggalnya yang akan dilaunching anatara bulan oktober/november 2016.

_____________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, dan esai dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124