Opini

Hari Tani, Momentum Penghapusan Neoliberalisme

NUSANTARANEWS.CO – Serumpun padi tumbuh di sawah, Hijau menguning daunnya, Tumbuh di sawah penuh berlumpur, Di pangkuan ibu pertiwi. Serumpun jiwa suci, Hidupnya nista abadi, Serumpun padi mengandung janji, Harapan ibu pertiwi.

Sepenggal syair lagu anak-anak Serumpun Padi karya R. Maladi di atas memperlihatkan bagaimana menderitanya kehidupan kaum tani. Hidupnya nista abadi.. Lagu itu juga jelas menunjukkan kepedulian pada kaum tani yang dari tangannya mengolah dan menggarap tanah menjadi harapan bagi kemakmuran pangan negeri.

Memasuki usia ke-51 tahun, Hari Tani Nasional, beragam problematika hingga kini belum menampakkan penyelesaian yang berarti. Pendapat-pendapat pun terlontar manakala kaum tani Indonesia belum menemukan kesejahteraan. Problem aktual yang dihadapi kaum tani Indonesia saat ini bersumber dari usaha kolonial baru bernama neoliberalisme.

Usaha penjajahan baru ini memperlihatkan bagaimana perusahaan besar baik yang bergerak di bidang, perkebunan, tambang dan lain-lain semakin leluasa ‘menjarah’ tanah-tanah petani. Sementara, negara tampak tak berpihak kepada petani ketika terjadi konflik antara perusahaan besar dengan petani.

Baca Juga:  Keluarnya Zaluzhny dari Jabatannya Bisa Menjadi Ancaman Bagi Zelensky

Dengan penghapusan berbagai subisidi, khususnya di bidang pertanian, hilangnya perlindungan pasar terhadap produk-produk pertanian dalam negeri dan tanpa dukungan infrastruktur dan teknologi pertanian, negara pun semakin abai terhadap peningkatan sumber daya produktif kaum tani dan justru berposisi menghancurkan daya produktif serta kreatif petani nasional di tengah sistem pasar bebas yang didukung pemerintah.

Hari Tani Nasional yang tampak tak semakin menemukan jalan kesejahteraan bagi kaum tani tapi justru memasuki dunia pertanian yang semakin kalah. Hal ini membuat kita bertanya di mana letak pembelaan Negara terhadap usaha kemajuan kaum tani yang notabene adalah rakyat mayoritas miskin dan menderita?

Di sini, negara dituntut untuk semakin memberikan perhatian berlebih pada kaum tani dalam usaha meningkatkan kesejahteraannya. Bila UUPA 56 tahun lalu memperlihatkan bagaimana petani penggarap oleh Negara didahulukan dalam usaha memajukan kesejahteraan rakyat, kini demikian pula Negara atau pemerintah dituntut langkah-langkah dan terobosan yang kongkret dalam usaha memajukan kehidupan kaum taninya.

Baca Juga:  Penghasut Perang Jerman Menuntut Senjata Nuklir

Kaum tani Indonesia tentu tidak tinggal diam dan terus didesak kalah oleh kepentingan-kepentingan neoliberal. Karena itu berbagai wadah persatuan kaum tani perlu didirikan dan aktif dalam persatuan perjuangan melawan penjajahan baru neoliberalisme. (Andika)

Related Posts

1 of 21