Kolom

Hari Surat Menyurat Internasional, Tergerus Era ‘Smartphone’

NUSANTARANEWS.CO – Apakah surat menyurat ini sampai sekarang masih kita lakukan? Saya meyakini sudah sangat sedikit dari kita yang melakukan kebiasaan surat menyurat. Perlahan kegiatan surat menyurat ini sudah banyak ditinggalkan. Dan kita beralih dengan electronic mail serta jenis message lainnya. Apalagi bagi anak cucu kita yang akan menghadapi jaman semakin canggih dan modern.

Saat ini hampir di semua sudut perkotaan, anak-anak usia dini sudah lincah dalam menggunakan gadget. Beragam aplikasi penyedia pesan singkat nyaris mengganti tradisi surat menyurat manual. Mulai dari bbm, sms, whats app dan media sosial lainnya yang membuat kita jadi semakin lupa mengajarkan mereka bagaimana membuat surat.

Begitu pula dengan seorang wartawan, dulu saat rezim orde baru di Indonesia, seorang wartawan harus menulis berita dengan mesin ketik manual yang amat berat. Dengan menggunakan mesin fax lalu berita di kirim lewat wartel terdekat. Sementara kini sangat berbeda karena dimudahkan teknologi. Bahkan, saya sendiri menulis essai ini dengan gadget smartphone.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Padahal ketika anak sejak dini dilatih untuk membuat surat, maka melatih mereka untuk menulis membuat karangan, mengekspresikan perasaan dan keingintahuannya. Misalnya anak diarahkan untuk menulis surat tentang seorang tokoh terkenal, maka menstimulasi mereka untuk membaca buku biografi atau bacaan cerita apapun berkaitan dengan tokoh tersebut.

Dengan mereka membaca, merangsang pikiran mereka untuk bertanya lebih lanjut tentang hal apapun berkaitan dengan tokoh tersebut. Ini artinya, bahwa kita telah mendorong anak untuk menimbulkan minat membacanya, menstimulasi otaknya agar mengembangkan ide-ide baru dan berani mengungkapkan pendapat serta perasaannya.

Hari Surat Menyurat Internasional

Berkaitan dengan surat menyurat ini, mungkin masih banyak dari kita yang belum tahu bahwa tanggal 9 Oktober adalah hari surat menyurat internasional, atau yang biasa disebut World Post Day. Menurut Wikipedia, awal mulanya kenapa dipilih tanggal 9 Oktober sebagai hari surat menyurat internasional, karena pada tanggal 9 Oktober 1874, serikat pos dunia (Universal Post Union-UPU) didirikan.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Tujuannya untuk mendukung dan menyemangati perkembangan pos di wilayah mereka masing-masing. Hingga kini sudah lebih dari 180 unit pos negara tergabung dalam serikat ini, termasuk Indonesia. Namun sayangnya, justru perlahan masyarakat Indonesia mulai meninggalkan dunia perposan, padahal pada jaman dulu sebagai sang primadona.

Masih banyak pula sekolah yang mengabaikan begitu saja momen spesial ini. Anak-anak tidak disosialisasikan tentang hari bersejarah, yang notabene sudah berlangsung sejak abad 2000 SM. Di Indonesia, perposan sudah mulai sejak zaman Kerajaan Kutai, Majapahit, Pajajaran, Mataram, Sriwijaya dan Tarumanegara.

Pada waktu itu, kegiatan surat menyurat masih terbatas antar kerajaan. Suratnya dibuat menggunakan batu, kayu maupun kertas. Tetapi kertas yang dimaksud pada jaman dahulu adalah seperti kulit bambu yang diiris tipis-tipis dan menggunakan daun lontar.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa teknologi yang berkembang setiap detik ini banyak membuat kemudahan dalam kehidupan kita, khususnya kecepatan yang luar biasa. Namun alangkah bijaksananya, bila kita tetap dapat memperkenalkan ke anak cucu tentang tradisi lama, yaitu surat menyurat.

Baca Juga:  Polres Sumenep Gelar Razia Penyakit Masyarakat di Cafe, 5 Perempuan Diamankan

Kita dapat memulainya dari hal yang kecil, seperti mengajarkan mereka mengirimkan surat untuk kakek nenek, Om Tante, Pakde Bude. Tentunya mereka akan sangat senang menerima surat yang ditulis dan dihias oleh cucu atau keponakannya. Apalagi didalam suratnya diselipkan foto terbaru anak kita. Paling tidak bagi anak usia dini dapat melatih mereka untuk melancarkan menulis, mengarang dan menumbuhkan minat baca. Yang tidak kalah penting bahwa kita telah melatih mereka untuk peduli, perhatian serta mendekatkan ikatan emosional dengan pihak keluarga yang jauh lokasinya dari tempat tinggal kita. (Andika)

Related Posts

1 of 4