Berita UtamaPolitik

Hapus Trauma Politik, Bara Sukses Dongkrak Suara PKI

NUSANTARANEWS.CO – Selo Soemardjan dalam Perubahan Sosial di Yogyakarta menjelaskan mendekati Pemilu 1955, partai-partai besar termasuk PKI melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Situasi ini membuat PKI berusaha memperbaiki jalur komunikasinya dari pusat ke ranting-ranting untuk mengikis cap miring komunis.

Karena itu, lanjut Selo Soemardjan, mereka membutuhkan ekspansi kegiatan propaganda ke berbagai daerah. Dalam hal ini, peran Bara (Barisan Rakyat) yang dikomandoi Lukman berkontribusi besar dalam merangkul suara masyarakat di pedesaan.

Dalam laporan Tempo Edisi Khusus, 5 Oktober 2009 berjudul Revolusi Tiga Serangkai menyebutkan bahwa Lukman merupakan sosok yang jago dalam hal agitasi dan propaganda. Sehingga Lukman ditunjuk menjadi pucuk pimpinan untuk strategi agitasi dan propaganda, termasuk dalam hal Bara.

Siapapun tak menyangka, PKI mampu menembus 4 besar pemilihan nasional 1955. Tujuh tahun setelah kegagalan kudeta Madiun 1948 merupakan waktu yang singkat. PKI benar-benar mengejutkan. Dibentuknya Bara tahun 1952 sebagai alat propaganda politik di bawah Lukman terbukti moncer.

Baca Juga:  DPC Projo Muda Nunukan Nyatakan Komitmennya Pada Gerilya Politik Untuk Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran

M.C. Ricklef dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 mencatat antara bulan Maret hingga November 1954 jumlah anggota PKI meningkat tiga kali lipat dari 165.206 menjadi 50.000. Puncaknya gerakan propaganda politik PKI melalui Bara terjawab pada tahun 1955 saat mendekati pemilu. Dimana anggota PKI secara mengejutkan telah mencapai 1.000.000 jiwa lebih.

Berita Terkait: Bara, Strategi PKI Gebuk Rival-Rival Politik

Keberhasilan Bara tentu tak lepas dari sosok Lukman yang menjadi pucuk pimpinan. Strategi propaganda politik yang dilakukan Bara berhasil mengikis trauma politik pasca kudeta Madiun dan mampu menggebuk rival-rival politiknya pada pemilu 1955.

Harian Kedaulatan Rakyat edisi 30 Oktober 1956 menuliskan untuk keperluan organisasi, PKI menggunakan taktik gerakan komunis internasional dengan menggandeng elit atau publik figur. Mulai dari artis, tokoh papan atas hingga seniman guna menarik massa. Massa organisasi yang disasar adalah wanita, buruh, petani dan pemuda.

Selain menggunakan organisasi Bara, upaya PKI dalam membendung opini negatif dan menggalang simpati rakyat, mereka memilih Harian Rakyat sebagai corong media informasi. Harian yang mulanya diprakarsai tiga sekawan yakni Aidit, Lukman dan Njoto ini terbukti efektif dalam membangun opini publik.

Baca Juga:  Serangan Fajar Coblosan Pemilu, AMI Laporkan Oknum Caleg Ke Bawaslu Jatim

Telusuri:
PB HMI: Grand Design Neo-PKI Mulai Resahkan Publik
Siapa Bilang PKI Mati? Ini Buktinya
Pimpinan Muhammadiyah Jateng Ingatkan Kebangkitan Neo-PKI Melalui LGBT

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts