Politik

Garda Sandi : Bupati yang Dibesarkan di Jakarta Jangan Semena-mena

NUSANTARANEWS.CO – Pasar tradisional adalah pilar ekonomi masyarakat desa. Tujuan diberdirikannya pasar itu untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Demikian pernyataan sikap Ketua Umum DPP Gerakan Pemuda Desa Mandiri (Garda Sandi) Cokro Wibowo Sumarsono mensikapi kebijakan Bupati Emil Elestianto Dardak yang akan menggusur pedagang tradisional yang telah puluhan tahun berjualan di Pasar Pon Trenggalek.

Pasar tradisional adalah benteng ekonomi masyarakat desa yang digunakan sebagai basis penyedia kebutuhan pokok berupa pangan dan sandang. Matinya warung-warung pracangan warga akibat dari menjamurnya toko modern berbasis waralaba makin mendesak perekonomian rakyat ke benteng terakhir pertahanannya yaitu pasar tradisional. Ketika benteng terakhir itu pun ternyata juga tidak luput dari serbuan supermarket dan mall maka hancurlah perekonomian rakyat,” kata Cokro dalam rilisnya, Jumat (13/5/2016).

Menurut Cokro, kebijakan suami Arumi Bachsin itu, kata Cokro patut dikritik. Pasalnya, Rencana alih fungsi lahan dari pasar tradisional menjadi supermarket menunjukkan lemahnya pemahaman Bupati akan kultur dan pemihakan terhadap wong cilik. Bukan cuma pedagang pasar yang dirugikan, lanjut dia, namun juga segenap warga Trenggalek akan kehilangan pasar tradisional kebanggaannya.

Baca Juga:  DPC Projo Muda Nunukan Nyatakan Komitmennya Pada Gerilya Politik Untuk Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Cokro menjelaskan, masih banyak lahan kosong aset Pemerintah yang belum didayagunakan. Membuktikan lemahnya cetak biru pola pembangunan di Trenggalek, lemahnya konsepsi tata ruang perencanaan pembangunan. Penghancuran Pasar Pon adalah kebijakan pro kapitalistik yang benar-benar akan membuat kaum kecil makin melarat dan termelaratkan oleh sistem.

Pasar tradisional adalah pilar ekonomi masyarakat desa, didirikan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Pasar tradisional merupakan benteng ekonomi masyarakat desa yang digunakan sebagai basis penyedia kebutuhan pokok berupa pangan dan sandang. Matinya warung-warung pracangan warga akibat dari menjamurnya toko modern berbasis waralaba makin mendesak perekonomian rakyat ke benteng terakhir pertahanannya yaitu pasar tradisional. Ketika benteng terakhir itu pun ternyata juga tidak luput dari serbuan supermarket dan mall maka hancurlah perekonomian rakyat.

“Bupati yang dibesarkan di Jakarta jangan semena-mena menerapkan pola pembangunan keblinger ala ibukota di Trenggalek. Tolak alih fungsi Pasar Pon menjadi Supermarket. Save Pasar Pon Trenggalek.!,” cetus Cokro. (eriec)

Related Posts

1 of 2