Peristiwa

Gandeng Pengusaha dan Peneliti, Menko Maritim Ingin Masalah Sampah Teratasi

NUSANTARANEWS.CO – Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Dedy Miharja memaparkan bahwa persoalan sampah di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua elemen, terutama sampah anorganik (plastik). Indonesia sendiri berada di posisi ke 2 terbesar penyumbang sampah plastik setelah China. Total sampah yang disumbang Indonesia sebesar 1,29 juta metric ton per tahun, sementara China dengan angka 3,53 juta metric ton per tahun.

“Nah, masalah sampah ini tentu tidak bisa dianggap sepele. Hal ini juga tidak terlepas dari tingkat kesadaran masyarakat. Sifat malas, cuek, dan tidak peduli dengan lingkungan itulah yang mengakibatkan pencemaran pada lingkungan,” tutur Dedy di sela perjalanan ke tempat-tempat pembuangan sampah, Selasa (1/11) seperti dalam keterangan Humas Maritim (maritim.go.id).

Tak hanya itu, lanjut Dedy, sampah-sampah yang sering dilempar begitu saja oleh mayarakat ke muara sungai, membuat dampak yang lebih buruk lagi ketika sampah-sampah itu hanyut hingga bertumpuk di laut. Akibatnya, laut menjadi kotor, bau, dan berdampak besar terhadap ekosistem di laut.

Baca Juga:  Banyaknya Hoax Gempa Tuban, Ini Pesan Khofifah

“Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, dalam rangka optimalisasi sampah tersebut, pemerintah bersama-sama dengan para peneliti, seperti peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Peneliti dari Universitas Padjajaran (Unpad), beserta perwakilan dari pihak Kedutaan Besar AS, dan juga Kedutaan Besar Denmark, delegasi Uni Eropa, World Bank yang juga turut berpartisipasi atas persoalan sampah di Indonesia menggelar kegiatan Indonesia Marine Plastic Debris pada 1 – 3 November 2016,” terangnya.

Lebih lanjut, Dedy menyampaikan, sejalan dengan kegiatan ini, tim survey telah melakukan peninjauan di hulu yang merupakan sumber sampah plastik berserakan di laut tersebut.

“Beberapa lokasi yang telah didatangi itu di antaranya, di bantaran pintu air Manggarai, pintu air kali malang, tempat pembuangan sampah terakhir (TPA) Sumur Batu, Bekasi, dan juga Waste For Change di Bekasi barat, telah di kunjungi (Selasa, 1 bovember 2016). Selain ada juga yang melakukan tinjauan ke daerah pesisir hingga ke pulau-pulau kecil yang ada di Jakarta, yakni Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu,” tutur Dedy.

Baca Juga:  Rawan Timbulkan Bencana di Jawa Timur, Inilah Yang Dilakukan Jika Musim La Nina

Menurut Dedy, tujuan dari kegiatan ini tak lain untuk mencari solusi role model dalam penanganan pengelolaan sampah yang baik dan benar. Oleh karena itu, kata Dedy, pihaknya bekerjasama dengan Pemerintah Denmark, Prancis, AS, dan World Bank dalam kegiatan ini. “Jadi kami mengundang beberapa negara menjadi narasumber,” katanya.

Selain itu, lanjut Dedy, ada dua tim Field trip dalam agenda ini. Tim pertama menelusuri bagian hulu, sementara tim ke dua menelusuri bagian hilirnya.

“Tim yang pertama di darat untuk melihat pecegahan sampah jangan sampai masuk laut. Sementara tim ke dua secara langsung melihat ke laut. Nah dari dua ini secara komperenhensif, bagaimana cara menangani sampah,” pungkasnya. (Kiana/red-02)

Related Posts

1 of 3,049