Politik

DPR: Polri dan BIN Harus Responsif Tangani Provokator Dunia Maya

Ketua Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo. Foto Dok. Pribadi
Ketua Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo/Foto: Istimewa

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo, meminta kepada Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk serius dan memberikan perhatian khusus terhadap provokasi melalui penyebaran berita bohong atau hoax.

“Ada upaya berkesinambungan untuk memprovokasi dan mengadudomba antarkelompok masyarakat melalui penyebaran berita bohong atau hoax,” ungkapnya kepada wartawan seperti dikutip dari keterangan resmi, Jakarta, Selasa (23/5/2017).

Pria yang akrab disapa Bamsoet itu mengatakan, mengacu pada keberagaman masyarakat, aksi para provokator ini harus segera dihentikan karena sangat berbahaya.

“Polri dan Badan Intelijen Negara perlu memberi tanggapan sangat serius untuk menghindari kemungkinan terburuk,” ujarnya.

Menurut Bamsoet, Polri dan BIN dituntut untuk mampu mendeteksi aksi para provokator itu. Kemampuan Polri dan BIN mendeteksi aktivitas provokator menyebarkan hoax perlu dibuktikan dan ditunjukan agar tumbuh efek jera.

“Dan, jika bukti-buktinya sudah mencukupi, para provokator itu harus dihadapkan pada proses hukum dengan ancaman sanksi hukum semaksimal mungkin,” katanya tegas.

Baca Juga:  Dukung Di Munas Golkar 2024, Satkar Ulama Jawa Timur Beber Dukungan Untuk Airlangga

Baca: Terendus! Indikasi Konflik Pontianak Sengaja Dirawat

Bamsoet menjelaskan, upaya terbaru para provokator mengadudomba antarkelompok masyarakat tampak sangat jelas di Pontianak, Kalimantan Barat, pada Sabtu (20/5) pekan lalu. Sepanjang hari itu, beredar video yang menggambarkan kerusuhan terjadi di Pontianak. Padahal, tidak ada peristiwa luar biasa di kota itu pada akhir pekan kemarin.

“Memang, hari itu, dua kelompok masyarakat sedang melakukan kegiatan di ruang publik pada waktu yang sama di lokasi berbeda. Sekumpulan warga Bela Ulama 205 melakukan kegiatan long march pada pukul 13.00, dan warga Dayak melakukan pawai kendaraan hias pada pukul 14.00 WIB, diikuti seluruh perwakilan kabupaten di Kalbar,” ungkapnya.

Namun, lanjut Bamsoet, di media sosial beredar sejumlah video yang memuat informasi tentang terjadinya bentrokan antara dua kelompok itu di Pontianak. Kepolisian setempat pun harus buru-buru memastikan video-video tersebut adalah hoax. Pasalnya, setelah ditelusuri, video yang viral sepanjang hari itu adalah video lama yang memuat informasi peristiwa tahun 2015.

Baca Juga:  Menangkan Golkar dan Prabowo-Gibran di Jawa Timur, Sarmuji Layak Jadi Menteri

“Penyebaran video hoax itu jelas-jelas merupakan pekerjaan atau ulah provokator. Tujuannya pun jelas, mengadudomba antarkelompok masyarakat. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Polri dan intelijen negara harus merespons ulah para provokator itu,” katanya.

Oleh karena itu, Bamsoet menuturkan, hal ini harus ditanggapi dengan sangat serius. Bagaimana pun, harus diakui bahwa situasi saat ini belum terlalu kondusif.

“Fakta keberagaman atau kebhinekaan masyarakat kita sedang menghadapi ujian. Dalam situasi yang demikian, Polri dan intelijen negara harus responsif. Aksi para provokator harus segera dihentikan,” ujarnya.

Pewarta: DM/Rudi Niwarta
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 55