Budaya / SeniPuisi

Doa Mengapung di Langit-Langit

Puisi Muhammad Daffa

PERPISAHAN UJUNG WAKTU

Sejak surat itu dituliskan
Aku tahu tidak ada lagi sejarah yang menjadi riwayat
Sebuah perjumpaan yang penuh sukacita.
Sedari janji-janji kau ucapkan, tak juga ada yang berubah
Segala yang diinginkan tiba, sekecup cium di pipi, mungkin juga dosa
Terbagi-bagi di tengah pelukan paling lama, sebelum ujung waktu tiba
Dan yang sempat kuingat juga catat adalah cerita tentang moyangmu pelaut dari utara

Akan berpaling kau dari segala yang dijanjikan tiba
Tapi jangan usir kata-kata yang kutanam dalam bening jiwa

Perjumpaan tinggal silam hari yang suram dari bercakap
Mengutukku dalam kesendirian yang puisi dari segala waktu

Minggu terakhir mengingatmu di sebuah album lama
Adalah hal terbaik yang bisa dilakukan pendamba di masa lalumu

Setiap kenangan telah teruji
Siap kusimpan di mana takkan bisa terlupa

2017

DOA MENGAPUNG DI LANGIT-LANGIT

doanya mengapung di langit-langit ketika kumandang seorang bilal mulai lantang terdengar. Sesuatu terasa hilang dari dadanya yang bidang, barangkali anomali nasib yang mulai mengarah celaka.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

“duh, betapa rugi!” ujarnya, mengeluh pada angin yang mulai santer menebar perangai masam.

Lima belas menit yang berlalu masih mengintai sisa lupa yang membuatnya betah dalam beraneka dosa. Yang manis, asin, juga kecut.

Ketika seseorang lewat, dengan janggut yang panjang bagai penampilan seorang nabi yang sedikit umat, ia berhenti menengadah tangan. berkata pada yang melintas itu, “apa yang membuatmu bahagia hanya dengan memanjangkan janggut serupa dengan nabi?”

“Aku datang dari arah utara. membawa sedikit firman yang tercecer dari batu, lalu memakamkannya dalam lidah. menyebarkannya dengan ujar yang teduh”

2017

HENING JATUH DI UBIN

Hening jatuh di ubin yang merindukan dingin datang dengan dua kenangan saling kejar
Atas seorang perempuan pemurung yang dulu pernah jadi incaran banyak raja

Ingatan tentang rambutnya yang tergerai mewarnai kelam detik yang sesaat terhenti
Begitu kau terbayang wajahnya di suatu ketika yang paling sunyi

2017

Muhammad Daffa

Muhammad Daffa, Lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Menulis puisi di sejumlah media massa dan antologi bersama. tulisan-tulisannya dipublikasikan di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Tribun Bali, Jurnal Sastra Lokomoteks, Buletin Jejak, dan beberapa media daring. Dapat dihubungi di email nya: [email protected].

Baca Juga:  Kursi Pileg 2024 Bertambah, Ketua PKS Jatim: DPR RI Naik Berlipat, DPRD Provinsi 1 Fraksi

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 32