Gaya HidupKesehatan

Dibalik Isu Sehat ‘Clean Eating’, Ada Resiko dan Bahayanya

Ilustrasi Clean Eating/Foto via pinimg.com/Nusantaranews
Ilustrasi Clean Eating/Foto via pinimg.com/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO ‘Clean eating’ menjadi salah satu topik yang menguat mulai awal tahun ini. Sebenarnya ini bukanlah isu baru. Clean eating sebelumnya pernah berkembang tahun 1960-an sebagai isu yang diharapkan mampu menandingi tren pola makan cepat saji.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan pola clean eating?

Clean eating merupakan gaya hidup yang menerapkan pola makan dengan meminimalisir atau bahkan menolak sedikitpun makanan olahan pabrik, makanan yang mengandung perasa buatan, pewarna, pengawet dan bahan lainnya. Pola makan ini sangat mengutamakan keaslian dan kesegaran bahan-bahan makanan yang dimakan, termasuk di dalamnya adalah memakan sayuran dan buah-buahan segar yang ditanam secara organik tanpa pestisida.

Selain itu clean eating menganjurkan untuk memakan makanan yang masih sesuai dengan bentuk aslinya tanpa memasak dengan proses berlebih dan tidak menggunakan bahan-bahan perasa yang tidak alami.

Clean Eating Bukanlah Metode Diet

Dilansir dari Mirror tujuan utama dari adanya gagasan clean eating adalah bahwa clean eating diharapkan menjadi gaya hidup. Jadi bukan sebagai metode diet meskipun metode makan tersebut dapat diterapkan pula saat seseorang melakukan diet.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Lebih dari sekedar diet, clean eating diterapkan dengan harapan selamanya orang dapat menghindari berbagaimacam zat yang berbahaya yang ditawarkan oleh makanan-makanan yang berada di sekitarnya.

Justru Membahayakan?

The Independente melaporkan adanya temuan dari sebuah kajian dan analisis Dr. Max Pemberton yang mengklaim bahwa adanya temuan gejala-gejala yang muncul terhadap para penganut clean eating. Rata-rata dari penganutnya tidak memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Tubuh yang aktif dengan berbagai aktifitasnya tentu memiliki kebutuhan akan berbagai unsur. Beberapa pasien yang datang pada Pemberton justru mengalami kekurangan sumber energi dari makanan mereka sehinggan ototnya melemah, tidak sedikit bahkan berada dalam kondisi yang darurat. Mereka mengalami banyak kekurangan nutrisi yang komplek seperti kalsium untuk tulang mereka dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk pemulihan jaringan sel-sel tubuh.

Selain masalah yang terjadi pada fisik, menurutnya pengurangan-pengurangan yang berlebihan dari metode clean eating jugta mengancam mental. Selain berupa tekanan dari dalam diri mereka sendiri, asupan glukosa yang kurang juga akan berpengaruh berupa turunnya kadar glukosa dalam darah yang dapat menyebabkan seseorang mudah depresi.

Baca Juga:  RSUD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Buka Depo Farmasi Rawat Jalan 2: Meningkatkan Pelayanan dan Kemudahan Bagi Pasien

Terlepas dari berbagai pendapat yang muncul saat ini tentang clean eating, untuk kesehatan anda hendaknya memikirkan faktor-faktor keseimbangan asupan makanan untuk tubuh anda. Sangat penting menghindari makanan-makanan yang mengandung bahan-bahan seperti penyedap, pewarna, pengawet dan bahan olahan lainnya memang baik atau setidaknya mulailah menguranginya.

Namun, Anda juga tidak perlu membatasi secara berlebihan asupan makanan anda juga memiliki resiko yang membahayakan bagi tubuh anda. Jadi, tetaplah menjaga asupan nutrisi yang seimbang bagi tubuh anda.

Pewarta: Riskiana
Editor: Romandhon

Related Posts