Berita UtamaMancanegaraTerbaru

Di Balik Sanksi Terhadap Qatar

Di Balik Sanksi Terhadap Qatar
Peta negara-negara Teluk. (World Atlas)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dalam percakapan telepon dengan Haider al-Abadi pada Sabtu (15/7) malam mengucapkan selamat kepada pemerintah dan rakyat Irak atas pembebasan kota Mosul dan menyatakan kesiapan Doha untuk mendukung Baghdad.

Dalam pecakapan telepon tersebut, PM Irak menyebut pembebasan kota Mosul, Pusat Provinsi Nineveh di utara Irak sebagai hasil dari persatuan dan pengorbanan rakyat negara ini. Al-Abadi mengatakan, konflik dan perselisihan harus dikesampingkan untuk melenyapkan teroris dan semua harus bersatu untuk tujuan ini.

Baca: Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir Kompak Putuskan Hubungan Diplomatik Dengan Qatar

Membasmi ekstremisme di Irak dan Suriah bukanlah masalah sederhana. Malah sebetulnya sangat kompleks karena melibatkan banyak kepentingan internal maupun eksternal negara-negara teluk. Misal perpecahan baru-baru ini antara Qatar, di satu sisi, dan Bahrain, Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, di sisi lain – memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 5 Juni setelah menuding negara itu mendanai teroris dan bersekutu dengan musuh besar mereka, Iran.

Baca Juga:  Ketua PWI Pamekasan Menyebut Wartawan Harus Memiliki 5 Sifat Kenabian

Meski Qatar membantah semua tuduhan itu, sanksi tetap berjalan. Padahal di balik semua itu, seperti telah banyak diberitakan di media bahwa di Kerajaan Arab Saudi sedang terjadi perebutan kekuasan yang berlangsung tanpa kekerasan. Demikian pula dengan Mesir yang perlu pengalihan isu domestik untuk meredakan tensi politik dalam negerinya yang sedang memanas.

Seperti kita ketahui, dahulu Qatar dan Arab Saudi merupakan sekutu yang menentang rezim Saddam dan secara terbuka mendukung pemerintahan Abadi. Pada saat yang sama, pemerintah dan warga negara dari beberapa negara Teluk – termasuk Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan UEA – memiliki hubungan dekat dengan al-Nusra. Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, membantah bahwa negaranya mendanai kelompok tersebut, namun juga secara terbuka meminta para pemimpinnya untuk menjauhkan diri dari al-Qaeda, hal mana justru memperkuat asumsi bahwa Qatar memiliki pengaruh kuat terhadap kelompok tersebut.

Baca juga: Membaca Konflik Timur Tengah Mutakhir

Baca Juga:  DPC Projo Muda Nunukan Nyatakan Komitmennya Pada Gerilya Politik Untuk Menangkan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Meski mimpi ISIS tentang kekhalifahan mengalami pukulan telak, dan mulai melemahkan mental para pejuang potensial mereka, bukan berarti lalu siklus kekerasan di Irak, Suriah dan Timur Tengah mereda. Di sinilah diperlukan upaya terpadu dan komprehensif untuk melawan ekstrimis – terutama oleh pemimpin negara-negara di kawasan Timur Tengah – yang belum pernah bersatu dalam menghadapi berbagai persoalan di kawasan.

Penulis: Banyu

Related Posts

1 of 12