Lintas NusaPolitik

Daftar ke Golkar, Gus Ipul Dinilai Sengaja Sandera Khofifah

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Bakal calon gubernur Jawa Timur (Jatim) Saifullah Yusuf atau akrab dipanggil Gus Ipul menjadi kandidat pertama yang mendaftar sebagai cagub dalam proses penjaringan Cagub-Cawagub Partai Golkar yang mulai dibuka Senin (7/8) kemarin. Gus Ipul mendaftar di hari pertama, mendahului Khofifah dan kandidat lain. Padahal sebelumnya Pengurus DPD Golkar menyatakan bahwa Khofifah-lah yang akan mendaftar di hari pertama.

Menurut pengamat politik Mochtar W Oetomo, ini adalah kelanjutan episode penyanderaan Gus Ipul terhadap Khofifah, setelah sebelumnya Gus Ipul juga mendahului proses pendaftaran di PDIP dan Demokrat. “Sepertinya Gus Ipul sadar betul, jika Khofifah cenderung tidak mau mendaftar melalui partai dimana dia juga mendaftar. Maka begitu Golkar membuka pendaftaran Gus Ipul sengaja mendahului, agar Khofifah kembali kehilangan momentum untuk mendaftar. Dengan kata lain Gus Ipul menerapkan politik sandera, untuk meminimalisir kemungkinan Khofifah mendaftkan tiket dari partai,” ungkap Mochtar saat di konfirmasi  Selasa (8/8/2017).

Baca Juga:  Ramadan, Pemerintah Harus Jamin Ketersediaan Bahan Pokok di Jawa Timur

Lebih lanjut Mochtar, yang juga Direktur Surabaya Survey Center (SSC) ini, menguraikan, bahwa dalam komunikasi politik dengan berbagai parpol selama ini Gus Ipul cenderung bersifat terbuka dan verbal, dia bersikap proaktif, menjemput bola untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dukungan parpol. Sebaliknya Khofifah bersikap kebalikannya, cenderung tertutup dan menjaga jarak, baik dengan parpol terkait atau dengan media.

“Dengan berbagai pernyataanya yang menyatakan masih check sound atau menyamakan frekuensi dengan berbagai parpol serta menunggu waktu untuk deklarasi sesungguhnya itu sikap Khofifah yang gamang, tersandera oleh agresifitas Gus Ipul dan tersandera oleh posisinya sebagai Mensos”ungkap Mochtar yang juga pengajar di Universitas Trunojoyo Madura ini.

Lebih lanjut Mochtar mengungkapkan, bahwa kedua model sikap yang berlawanan tersebut sesungguhnya sama-sama mengandung resiko. Gus Ipul yang terlalu verbal bisa dipersepsikan publik sebagai ingin mendominasi semua parpol. Ini mengandung resiko Gus Ipul akan menjadi pihak tertuduh dalam mengupayakan wacana calon tunggal.

Baca Juga:  LSN Effect di Pemilu 2024, Prabowo-Gibran dan Gerindra Jadi Jawara di Jawa Timur

Di sisi lain dengan mendaftar ke PDIP, Demokrat, Golkar dan mungkin partai lain,  kalau tidak hati-hati dalam membangun komunikasi politik Gus Ipul bisa menciptakan suasana yang tidak nyaman diantara parpol, manakala masing-masing partai ingin  menjadi leader dan ingin mendapatkan jatah Cawagub dalam mengusung Gus Ipul.

“Sebaliknya sikap Khofifah yang cenderung tertutup dan misterius  itu kalau terlalu lama dipelihara bisa membuat parpol menjadi jengah karena merasa digantung dan tidak dihargai. Belum lagi problem yang sama, yakni munculnya persaingan antar parpol yang masih menunggu kepastian Khofifah untuk menjadi leader dan jatah slot Cawagub dalam mengusung Khofifah. Semakin lama kepastian diberikan Khofifah maka potensi konfliknya akan semakin tinggi,” pungkasnya.

Pewarta: T. Yudhie
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 76