Peristiwa

Catatan Akhir Tahun: Bencana Alam Teror Kota Garut dan Sumedang

NUSANTARANEWS.CO – Hujan lebat pada Selasa (20/9/2016) malam menyebabkan dua musibah secara bersamaan di dua kabupaten di Jawa Barat.

Di Kabupaten Sumedang, dua rumah Kampung Cimareme, Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, rusak tertimbun material longsor. Longsor juga mengakibatkan lima orang meninggal dunia dan dua korban luka.

Di Desa Baginda, Kecamatan Sumedang Selatan, tanah longsor menimbun rumah warga. Nana Hermawan (56) tewas dan 722 orang mengungsi akibat bencana tersebut. Mereka mengungsi di Gor Tadjimalela dan bekas kantor proyek Waduk Jatigede.

Longsor juga memutus jalur penghubung antarkota, seperti Bandung-Sukabumi serta Majalengka-Cirebon.

Di hari yang sama, banjir bandang di Garut, Jawa Barat. Musibah itu terjadi pada 20 September tengah malam setelah hujan deras terus mengguyur daerah itu sejak pagi sampai malam hari.

Air Sungai Cimanuk yang melewati tengah perkotaan meluap hingga ketinggian sekitar 12 meter. Ribuan rumah di sepanjang pinggiran sungai pun tersapu sampai ada bangunan yang tak tersisa.

Baca Juga:  Peduli Bencana, PJ Bupati Pamekasan Beri Bantuan Makanan kepada Korban Banjir

Banjir bandang terlebih dulu melanda Desa Mulya Sari, Kecamatan Bayongbong, dan berlanjut ke Tarogong Kidul, Garut Kota, hingga Cibatu. Daerah yang paling parah terlanda banjir bandang adalah Desa Haurpanggung Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul, serta Kelurahan Sukamentri dan Paminggit di Kecamatan Garut Kota.

Sedikitnya 34 orang meninggal dunia dan 19 orang hilang hingga kini. Data pengungsi yang terdampak banjir bandang berjumlah 787 kepala keluarga atau 2.525 jiwa. Sebanyak 2.529 unit rumah rusak, dengan rincian 830 rusak berat, 473 rusak sedang, dan 1.226 rusak ringan. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 288 miliar.

Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke tempat itu memerintahkan kepada pemerintah daerah setempat untuk mengkaji ulang keberadaan permukiman yang ditengarai berada di kawasan rawan bencana.

“Untuk sementara para korban banjir yang kehilangan rumahnya sampai sekarang masih berada di rumah susun milik pemerintah. Mereka ditampung di bangunan yang awalnya diperuntukan bagi warga yang belum memiliki tempat tinggal,” kata Bupati Garut Rudy Gunawan.

Baca Juga:  Bencana Hidrometeorologi Incar Jawa Timur, Heri Romadhon: Masyarakat Waspadalah

Dari penelusuran sementara tim investigasi khusus, diketahui bahwa banjir bandang terjadi akibat pengalihan fungsi lahan kawasan hutan.

Sebagian besar lahan hutan di sekitar hulu sungai berubah menjadi kawasan perkebunan sayuran dan pembangunan kawasan wisata alam yang menyebabkan rawan longsor. Namun, sampai sekarang belum ada kejadian pasti terkait banjir bandang tersebut.

Berbagai upaya dan rencana program sebagai solusi mencegah kejadian terus digulirkan berbagai pihak mulai dari pemerintah, aktivis lingkungan, lembaga masyarakat, sampai para tokoh masyarakat yang peduli terhadap penanggulangan pasca bencana banjir di Garut.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, misalnya, meminta para penghayat adat supaya tinggal di sepanjang bantaran sungai untuk melakukan pemeliharaan alam dan mendatangkan ahli geologi Prof Surono.

Sementara itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bekerja sama dengan pengembang membangun perumahan bagi korban bencana.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memberikan alokasi dana khusus perbaikan pascabencana. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa juga memberikan bantuan dan jaminan kematian bagi keluarga korban meninggal. (Andika)

Related Posts

1 of 436