PolitikTerbaru

Brexit Menang, Pekerja Imigran Terancam Dideportasi dari Inggris

Cameron dan tokoh ultanasionalis
Ilustrasi David Cameron dan Tokoh-Tokoh Sayap Kanan

NUSANTARANEWS.CO – Brexit Menang, Pekerja Imigran Terancam Dideportasi dari Inggris. Didampingi istrinya, Samantha, David Cameron mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Inggris. Dalam sambutannya Cameron mengatakan bahwa tidak tepat bagi dirinya untuk menjadi kapten menahkodai Inggris, bila rakyat sudah membuat keputusan jelas untuk menempuh jalan lain.

Seperti kita ketahui bersama bahwa Perdana Menteri Cameron telah memimpin kampanye agar Inggris tetap berada bersama Uni Eropa (UE). Tapi penghitungan akhir referendum menunjukkan bahwa 52% rakyat Inggris memilih untuk keluar, sedangkan 48% menginginkan Inggris tetap berada di dalam Uni Eropa. Demikian hasil perhitungan final hasil referendum yang di gelar pada Kamis (23/06) untuk menentukan apakah Inggris tetap “bergabung” atau “keluar” dari Uni Eropa.

Meski begitu, Cameron mengatakan bahwa dirinya akan tetap duduk sebagai perdana menteri sampai beberapa pekan mendatang untuk menjamin stabilitas, tetapi perdana menteri baru harus segera dipilih untuk menjalankan tugas perundingan dan langkah-langkah yang perlu diambil selanjutnya dalam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa, katanya.

Baca Juga:  Sering Dikeluhkan Masyarakat, Golkar Minta Tambahan Sekolah SMA Baru di Surabaya

Dan yang paling menderita akibat kemenangan Brexit adalah pekerja imigran atau ekspatriat di Inggris. Mereka terancam di deportasi. Sebagai informasi jumlah pekerja imigran di Inggris mencapai 1,2 juta orang yang kebanyakan berasal dari negara-negara Eropa Timur. Menurut data Reuters, pada 2014 sebanyak 853 ribu pekerja berasal dari Polandia, 175 ribu dari Rumania dan 155 ribu dari Lithuania. Menurut laporan CNN, warga Eropa di Inggris mengaku mulai resah.

Tapi kegembiraan besar justru melanda kelompok-kelompok sayap kanan dan ultra-nasionalis di Eropa. Marine Le Pen, pemimpin Front Nasional Perancis, sangat senang dengan hasil referendum. Bahkan, dengan semangat Le pen mengatakan bahwa referendum Inggris akan menjadi preseden juga di Perancis. Le Pen terkenal sebagai tokoh anti-Islam di Prancis. Tahun 2011, Le Pen menjadi terkenal karena statemennya yang menyamakan shalat berjamaah di jalan seperti pendudukan Nazi di Perancis.

Seperti halnya Le Pen, Geert Wilders tokoh anti Islam Belanda, mengatakan bahwa referendum Inggris bisa juga ditiru oleh Belanda. Wilders adalah ketua Partai Kebebasan, pejuang anti-Islam dan anti-imigran di Belanda. Wilders bahkan membuat film kontroversial dengan judul “Fitna” pada 2008. Dia mengatakan, Islamisasi di Belanda harus dihentikan, salah satu slogannya yang paling terkenal adalah Al-Quran sama dengan manifesto Hitler “Mein Kampf”.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Referendum Brexit sendiri di dukung oleh kubu sayap kanan di Inggris, salah satunya adalah Partai UKIP, pimpinan Nigel Farage, yang juga sebagai sosok rasis. Menurut Nigel, Inggris mulai kebanjiran pengungsi karena bergabung dengan UE. Dalam kampanye Brexit, UKIP membuat poster rasis soal gelombang pengungsi Suriah ke Inggris.

Tokoh dalam negeri lainnya adalah Boris Johnson, mantan wali kota London. Johnson dianggap rasis setelah mengkritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama karena “keturunan Kenya”. Menurut Johnson, Inggris telah dibanjiri para imigran Timur Tengah dan Eropa yang tidak memiliki kemampuan kerja.

Sedangkan kelompok-kelompok ultra-nasionalis lain yang berada di belakang Johnson dan Farage, antara lain organisasi supremasi kulit putih English Defence League, partai nasional-ekstrem Britain First dan British National Party. (Banyu)

 

Related Posts