EkonomiPolitik

Batasi Pengungsi 7 Negara, Trump Ingin Ciptakan Keamanan Warganya

NUSANTARANEWS.CO – Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Jumat (27/1) lalu menandatangani perintah eksekutif untuk membatasi laju pengungsi dari sejumlah negara Islam ke AS. Alasan Trump kebijakan tersebut digulirkan guna melindungi warga AS dari kejahatan dan ancaman militan ISIS yang semakin terdesak di sejumlah negara di Timur Tengah.

Dalam pandangan Trump, anggota ISIS bisa saja menyelinap di antara para pengungsi sehingga kebijakan tersebut dianggap penting untuk diberlakukan di AS. Kebijakan Trump ini lantas menuai pertentangan, bahkan dari Perdana Menteri Inggirs Theresa May.

Akibat lebih luas kebijakan Trump, sedikitnya pengungsi dari tujuh negara tekena imbas seperti Iran, Irak, Suriah, Sudan, Libya, Yaman, dan Somalia. Seperti diketahui, ketujuh negara tersebut terkena dampak dari The Arab Spring yang berlaku sejak tahun 2010 silam. Arab Spring telah memicu konflik sektarian di negara-negara Timur Tengah selama tujuh tahun terakhir. Sebagai akibat konflik, kelompok-kelompok militan yang melakukan pemberontakan bermunculan, dan yang paling terkenal adalah ISIS.

Baca Juga:  Loloskan Ekspor Kepiting Berkarapas Kecil, Pengusaha dan Balai Karantina Ikan Diduga Kongkalikong

Konflik sektarian di Timur Tengah telah memicu gelombang pengungsi besar-besaran. Arab Spring telah menimbulkan kekacauan yang sangat besar sehingga memaksa warga di negara-negara yang berkonflik bersuaka ke sejumlah negara-negara di dunia, tak terkecuali AS.

Langkah Trump ini dinilai sebagai upaya untuk mengamankan Amerika Serikat terhadap ancaman teroris Islam radikal dari luar, khususnya ISIS. “Saya membangun langkah-langkah pemeriksaan baru untuk menjaga AS atas ancaman teroris Islam radikal dari luar. Kami hanya ingin memasukkan orang-orang ke dalam negara kita yang akan mendukung negara kita dan mencintai warganya,” ujar Trump seperti dikutip BBC.

Adapun askah perintah eksekutif ini dirilis beberapa jam setelah ditandatangani oleh Trump. Berikut beberapa isi dari naskah tersebut. Pertama, menghentikan sementara program penerimaan pengungsi selama 120 hari. Kedua, melarang menerima pengungsi dari Suriah hingga ada “perubahan penting” yang akan dibuat pemerintah. Ketiga, menghentikan sementara selama 90 hari kedatangan orang-orang dari Irak, Suriah, dan negara-negara yang dianggap “menjadi perhatian khusus”. Keempat, memprioritaskan pengajuan status pengungsi dengan latar belakang penganiayaan agama, utamanya orang-orang yang menganut agama minoritas di negara asalnya. Kelima, membatasi jumlah pengungsi sebesar 50.000 pada tahun 2017 – kurang dari setengah seperti yang digariskan Barack Obama, Presiden AS sebelumnya.

Baca Juga:  HUT Dihadiri Gibran, SPSI Jatim Janji Sumbang 2,5 Juta Suara Prabowo Gibran

Bagaimanapun, terorisme dan radikalisme telah muncul menjadi persoalan terbesar dunia. Sebagai jaminan dari langkah kebijakannya, Trump tengah berupaya keras untuk membuat zona aman bagi warga sipil di negara-negara di Timur Tengah yang tengah dirundung konflik, utamanya Suriah. Menurut Trump, alasan utama mengapa ISIS mampu memperoleh kekuatan adalah karena perdagangan minyak. Sehingga, Trump segera mengambil kendali minyak, khususnya di Suriah untuk memerangi ISIS.

Sekadar informasi, selama kampanye pemilu, Trump berbicara beberapa kali menciptakan daerah aman bagi pengungsi Suriah di Suriah. Ketika berdebat, Trump telah menyatakan akan membendung gelombang pengungsi Suriah pergi ke luar negeri dan menurunkan beban pada negara-negara tetangga dan Eropa. Kini Trump berupaya memenuhi janji-janji kampanye tersebut. (Sego/Er)

Related Posts

1 of 478