FeaturedOpiniPolitikTerbaru

Spirit 10 November: “Bangsa Indonesia Selalu Melawan Kaum Penjajah”

NUSANTARANEWS.CO – Pada tanggal 10 November dan kurang lebih 10 hari sesudahnya berkobar suatu pertempuran dahsyat di Surabaya, Jawa Timur – suatu kota yang sekarang kita kenal sebagai kota pahlawan. Kalau kita membaca mengenai sejarah hari-hari tersebut, kita dapat larut dalam suatu kekaguman dan kebanggaan bahwa pada awal berdirinya negara kita, pada saat Republik Indonesia belum memiliki apa-apa, rakyat Indonesia terutama arek-arek Suroboyo memilih untuk tidak tunduk kepada ancaman dan ultimatum bangsa asing.

Pada saat tentara Inggris mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Surabaya. Kalau dalam waktu satu kali dua puluh empat jam para pemuda Surabaya tidak meletakkan senjata dan meninggalkan Surabaya, maka tentara Inggris akan menggempur Surabaya dengan tembakan dari kapal perang dan pesawat udara.

Bayangkan, ultimatum ini diberikan oleh tentara yang baru saja memenangkan Perang Dunia Kedua. Namun kakek-kakek kita, pada usia mereka yang sangat muda, tidak gentar bahkan tidak bergeming. Mereka menolak ultimatum yang congkak dan arogan tersebut. Mereka menjawab dengan teriakan “Allahuakbar” dan pekikan “merdeka atau mati”. Mereka memilih melawan penjajah asing daripada tunduk, daripada menyerah, daripada berlutut di hadapan kekuatan congkak dan arogan.

Baca Juga:  Ketua IPNU Pragaan Mengkaji Fungsi Chat GPT: Jangan Sampai Masyarakat Pecah Karena Informasi Negatif

Kita sungguh pantas untuk kagum dan hormat kepada generasi tersebut. Kepada mereka, arek-arek Suroboyo. Kita yang selalu diejek oleh bangsa-bangsa asing sebagai bangsa yang lemah, bangsa yang bodoh, bangsa yang malas, ternyata pernah tidak tunduk kepada ancaman, kepada intimidasi, kepada kekuatan asing.

Pada tanggal 10 November dan hari-hari berikutnya, tentara Inggris menggempur Surabaya. Akibatnya, puluhan ribu orang kita gugur dan tewas. Tetapi arek-arek Suroboyo, para pejuang kita tidak menyerah. Walaupun banyak yang jatuh berguguran, walaupun mayat bertebaran di jalan-jalan dan di kali-kali Surabaya, pejuang-pejuang kita, pemuda-pemuda kita, didukung oleh seluruh rakyat Surabaya, tidak menyerah, tidak tunduk, tidak berlutut.

Sahabatku, kadang-kadang dengan berlalunya tahun demi tahun, kita cenderung lupa dengan jasa-jasa para pendahulu kita. Kadang-kadang, kita lupa dengan sejarah kita sendiri, ragu dengan jati diri kita sendiri.

Apa memang benar, kita bangsa yang lemah? Apa memang benar, kita bangsa yang kalah? Apa memang benar, kita bangsa yang malas, yang tidak mampu menghadapi bangsa lain?

Mungkin kita akan tercengang, mungkin kita akan kaget melihat betapa gagahnya para pendahulu kita. Bahwa dalam sejarah Indonesia, sepanjang ratusan tahun, selalu muncul pemimpin-pemimpin tangguh, pendekar pendekar pembela rakyat dan keadilan, tokoh-tokoh pejuang yang berani melawan penjajahan dan dominasi bangsa lain.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Berharap Semenisasi di Perbatasan Dapat Memangkas Keterisolasian

Bangsa yang kuat, dan bangsa yang besar, adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya sendiri. Saya mengajak sahabat sekalian, terutama adik-adik yang masih muda, untuk belajar dan sadar akan sejarah bangsa Indonesia. Bahwa dalam sejarah Nusantara, pernah ada peradaban-peradaban besar. Pernah ada Sriwijaya, Mataram, Majapahit, dan sekian lagi kerajaan yang tangguh dan tersohor. Begitu banyak pendekar bangsa yang telah menunjukkan keberaniannya, ketangguhannya sepanjang sejarah. Rata-rata mereka adalah tokoh-tokoh yang berani, jujur, dan tanpa pamrih dalam membela keadilan dan kebenaran.

Di alam dan suasana negara kita saat ini, kita patut bersyukur dengan apa yang sudah kita capai sebagai bangsa. Janganlah kita tidak mensyukuri pemberian Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa kepada bangsa dan negara kita. Saya juga mengajak sahabat sekalian, marilah kita juga menghormati pendahulu-pendahulu kita, pemimpin-pemimpin kita, yang dengan penuh kelebihan dan kekurangan, yang telah berhasil menjaga keutuhan NKRI sampai saat ini.

Baca Juga:  Mengawal Pembangunan: Musrenbangcam 2024 Kecamatan Pragaan dengan Tagline 'Pragaan Gembira'

Semua pemimpin kita, semua Presiden kita, sampai saat ini adalah manusia-manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Tetapi kita yakini mereka memiliki hasrat untuk senantiasa menjaga keutuhan, kedaulatan dan kehormatan bangsa Indonesia.

Kita kadang-kadang terlalu menaruh harapan kepada satu, dua atau tiga orang. Dan kalau ada hal-hal yang kurang baik, kita condong selalu menyalahkan satu, dua, tiga orang tersebut. Padahal kita harus menyadari, keberhasilan suatu bangsa membutuhkan peran serta banyak elemen, banyak komponen, dan banyak pribadi-pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab.

Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah jasad para pemuda, para pejuang, para rakyat Indonesia di seluruh nusantara hanya akan menjadi tulang tidak berarti, atau menjadi inspirasi bagi gerakan kita kedepan. Jangan sampai, anak-anak bangsa kita tidak tahu perjuangan I Gusti Ngurah Rai, Ignasius Slamet Riyadi, Wolter Mongindisi, Bung Tomo, Pak Dirman. Jangan sampai nama Diponegoro, nama Gajah Mada, nama Untung Suropati, tinggal menjadi nama jalan dan nama taman di kota kota Indonesia. Marilah kita sejenak berpikir tentang hal ini.(Aya/disunting dari Medsos)

Penulis: Prabowo Subianto

 

Related Posts

1 of 51